Pembatalan mendarat itu sudah ketentuan standar keselamatan penerbangan. Jika jarak pandang yang tidak sesuai SOP tentu harus ikuti ketentuan yang ada

Pontianak (ANTARA) - Pesawat Sriwijaya Air tujuan Kalimantan Barat harus batal mendarat di Bandara Internasional Supadio Pontianak di Kubu Raya, karena kondisi cuaca tidak mendukung diselimuti kabut asap.

"Cuaca yang tidak mendukung karena jarak pandang untuk mendarat pendek disebabkan kabut asap dan embun," ujar General Manager NAM Air Kalimantan, Ronel Sankay di Pontianak, Jumat.

Ia menjelaskan maskapai yang gagal mendarat tersebut penerbangan pagi yang dijadwalkan harus mendarat pada pukul 07.00 WIB.

"Maskapai kita itu dari Jakarta ke Pontianak. Namun batal dan harus kembali ke Jakarta," jelas dia.

Batalnya mendarat dan harus kembali ke Jakarat dijelaskannya sesuai dengan SOP keselamatan dalam penerbangan.

"Pembatalan mendarat itu sudah ketentuan standar keselamatan penerbangan. Jika jarak pandang yang tidak sesuai SOP tentu harus ikuti ketentuan yang ada," jelas dia.

Baca juga: 14 tersangka kebakaran hutan di Kalimantan Barat telah ditahan
Baca juga: Sriwijaya Air layani penerbangan jamaah calon haji menuju embarkasi

Dengan kondisi cuaca yang ada menurutnya tentu mengganggu penerbangan bukan hanya pihaknya namun maskapai lainnya dan juga penumpang.

"Tentu ada dampak juga pada jadwal penundaan penerbangan bagi jadwal lainnya. Semoga kondisi cuaca kembali pulih. Harapan kita sumber asap di Kalbar bisa teratasi dengan cepat," harap dia.

Saat ini di Kalbar mulai memasuki musim kemarau. Dengan kondisi tersebut mengakibatkan sejumlah daerah sudah ada lahannya terbakar. Sehingga mengakibatkan kabut asap. Saat pagi hari dan malam, kabut asap mulai terasa, meskipun masih belum ke tingkat yang parah.

Satu di antara warga Kalbar, Diki berharap tahun ini terutama musim kemarau semua pihak untuk mengantisipasi Karhutla. Hal itu sangat berdampak luas pada berbagai aspek.

"Termasuk soal kesehatan. Kita setengah trauma karena sebelumnya pernah kabut asap yang tebal. Itu sangat mengganggu kesehatan. Ekonomi dan aktivitas lainnya juga berdampak. Kita berharap pemerintah dan siapa pun mari cegah dan atasi Karhutla," jelas dia.

Baca juga: Garuda Indonesia Group kelola operasional Sriwijaya Air
Baca juga: Penumpang angkutan udara di Supadio Pontianak turun 15 persen

Pewarta: Dedi
Editor: Apep Suhendar
Copyright © ANTARA 2019