Kuala Lumpur (ANTARAn News) - Putra mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, Jumat, meminta Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi mengundurkan diri, menyusul kegagalan pemerintah koalisi dalam pemilu akhir pekan lalu.
"Saya minta dia untuk mundur," kata Mukhriz Mahathir, anggota eksekutif senior pada Organisasi Kebangsaan Malaysia Bersatu (UMNO) dan pimpinan faksi pendukung dalam partai, kepada Reuters melalui telepon. Ia menambahkan bahwa dia telah menulis surat kepada perdana menteri Rabu.
Dia adalah pemimpin pertama partai yang berkuasa yang meminta Abdullah mundur, meskipun ayahnya juga menyerukan agar perdana menteri mengundurkan diri akibat kekalahan terburuk partai tersebut selama 50 tahun berkuasa.
Kelompok-kelompok Islam dan partai-partai oposisi sayap kiri berhasil mengusai lima dari 13 majelis negara bagian, dan lebih dari sepertiga dari parlemen federal.
Kekalahan ini memicu spekulasi bahwa Abdullah hendak mundur, namun dia menolak melakukannya.
Abdullah dilantik sebagai pemimpin negerinya Senin untuk masa jabatan lima tahun kedua. Dia menggantikan Mahathir pada 2003 menyusul pensiunnya Mahathir setelah 22 tahun memerintah.
Dalam suratnya, Mukhriz mengatakan bahwa Abdullah hendaknya mengambil tanggungjawab penuh atas kekalahan besar yang dihadapi koalisi Barisan Nasional dan dari dominasi partai, UMNO.
"Satusatunya cara memulihkan keberhasilan koalisi, UMNO dan bangsa ini adalah melalui pengunduran diri anda," tulisnya. Abdullah juga pemimpin UMNO.
"Tidak ada hal yang bisa membantah kenyataan ini dalam rangka menyelamatkan posisi anda sebagai perdana menteri," kata Mukhriz, yang terpilih sebagai anggota parlemen untuk pertama kalinya pada pemilihan 8 Maret lalu.
"Jika anda tidak mundur dalam waktu dekat, saya dengar situasinya akan menjadi makin tak bisa dipertahankan dan bahwa dukungan warga Malaysia kepada UMNO serta koalisi akan berkurang," katanya menambahkan.
Mukhriz mengatakan bahwa dia telah mengadakan konferensi pers, Senin, dan secara tidak langsung meminta Abdullah mundur. Dia juga menyatakan bersedia untuk menghadapi akibat politik atas sikapnya itu.
"Hanya kepada Allah saya menyerahkan nasib saya," tegasnya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008