Dakar (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Sekjen PBB Ban Ki-moon membahas isu Myanmar, perubahan iklim dan Timor Leste di sela-sela hari pertama pertemuan puncak ke-11 OKI di Dakar, Senegal, Kamis malam waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia.
"Presiden baru saja menerima Sekjen PBB Ban Ki-moon dan utusan khusus Sekjen PBB untuk Myanmar, Ibrahim Gambari," kata Juru bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal seusai mendampingi Presiden Yudhoyono menerima Ban Ki-moon.
Dalam pertemuan itu, lanjut dia, dibahas tiga masalah penting yaitu isu Myanmar, perubahan iklim, dan Timor Leste.
"Pembahasan mengenai Myanmar ditandai dengan laporan singkat kunjungan Gambari ke Myanmar awal Maret serta langkah-langkah yang akan diambil di masa depan," katanya.
Disebutkan bahwa Presiden Yudhoyono telah mengirimkan surat kepada pemimpin Myanmar, Jenderal senior Than Swe yang berisi dorongan agar kedua pihak --pemerintah dan tokoh oposisi-- dapat mencari penyelesaian yang demokratis terkait permasalahan mereka.
Sementara itu masalah kedua adalah tentang perubahan iklim sebagai tindak lanjut KTT Iklim (UNFCCC) di Bali akhir tahun lalu.
Di Bali lalu, lanjut dia, dibahas dengan jelas tenggat waktu untuk masing-masing tugas, namun sayangnya tanpa penjelasan lebih jauh sehingga tidak ada batasan target yang jelas untuk KTT-KTT yang mendatang.
Oleh karena itu diputuskan bahwa sejumlah pemimpin negara yang akan menjadi tuan rumah KTT Iklim di masa mendatang akan melakukan pertemuan dengan Sekjen PBB dan Sekjen UNFCCC.
Kemudian, kata dia, yang terakhir adalah membahas mengenai perpanjangan masa tugas tentara PBB yang bertugas di Timor Leste.
Pemerintah RI, lanjut dia, menghargai keputusan DK PBB untuk memperpanjang masa tugas pasukan PBB di Timor Leste.
Menurut penilaian Indonesia, situasi keamanan Timor Leste yang stabil akan sangat menguntungkan kedua negara.
Pemerintah RI baru-baru ini juga menyetujui permintaan PM Timor Leste Xanana Gusmao untuk membantu Timor Leste dalam sejumlah hal.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008