Jakarta (ANTARA) - Kehadiran bumbu kemasan yang diproduksi industri makanan skala besar berdampak terhadap melesunya angka penjualan komoditas rempah dan bumbu dapur di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Orang-orang cenderung memilih yang praktis dan instan, yaitu bumbu kemasan," kata Mursito, pedagang rempah di Pasar Induk Kramat Jati, Kamis.

Dengan membanjirnya iklan bumbu kemasan di berbagai stasiun televisi maupun baliho sejak 2000-an hingga sekarang, ucap dia, angka penjualan terus merosot hingga 50 persen. "Dulu biasanya beli banyak untuk dijual lagi di pasar-pasar tradisional, sekarang kurang," ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Berlin, salah seorang pedagang rempah lainnya di Pasar Induk Kramat Jati bahwa bumbu kemasan saat ini menjadi saingan mereka dalam berdagang.

"Saingan kami sekarang bumbu kemasan dari pabrik. Ini yang membuat pembeli rempah yang datang ke pasar sepi," ujarnya.

Di Pasar Induk Kramat Jati, rempah-rempah itu datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk impor luar negeri. Pembeli didominasi pedagang kecil yang akan membantu menjual kembali rempah-rempah tersebut ke seluruh wilayah DKI Jakarta.

Juga baca: Harga bawang di Kulon Progo kembali membumbung

Juga baca: Mengembalikan kejayaan kemaritiman Indonesia berbasis jalur rempah

Juga baca: Perlu kemauan keras untuk kembalikan kejayaan rempah Indonesia

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019