Seoul, Korea Selatan (ANTARA) - Angka kurang gizi dan penyakit meningkat di Korea Utara saat negara itu hanya bisa memanen pangan separuh dari yang diharapkan, kata Federasi Palang Merah dan Masyarakat Sabit Merah Internasional (IFRC), Kamis.

Lembaga bantuan internasional serta media negara Korea Utara telah memperingatkan bahwa cuaca tidak menentu, yang diwarnai kemarau dan banjir, serta akses terbatas ke sumber daya dapat mengakibatkan krisis pangan di negara tersebut. Korea Utara menghadapi pembatasan ketat internasional gara-gara tindakan pemimpinnya, Kim Jong Un, mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik.

"Kami sudah menyaksikan dampak kemarau bagi rakyat yang rentan," kata Mohamed Babiker, Kepala Kantor IFRC di Korea Utara, di dalam satu pernyataan.

"Angka kurang gizi dan penyakit, yang menular melalui air seperti diare dan radang usus besar, meningkat," katanya.

Setelah penilaian pada Mei menyimpulkan bahwa panen tahun ini akan kurang dari separuh yang semestinya, IFRC mengeluarkan dana 250.000 franc Swiss (sekitar Rp3,5 miliar) untuk mengerahkan pompa air bergerak, yang bisa menggandakan hasil panen di daerah yang menjadi sasaran, kata organisasi itu.

"Pompa air dan pasokan irigasi dapat membuat perbedaan besar," kata Babiker. Ia menyerukan bantuan 472.000 franc Swiss (sekitar Rp6,6 miliar) lagi untuk tambahan pasokan pertanian dan kebersihan.

Korea Utara meningkatkan impor pupuk dan produk pangan tahun lalu, demikian data perdagangan yang dikumpulkan oleh PBB.

Sumber: Reuters

Baca juga: KBRI Pyongyang bantu koperasi petani di Korea Utara

Baca juga: Korea Utara rayu China: "Aku Cinta Kamu, China"

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019