Manokwari (ANTARA) - Ketua Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Bahlil Lahadalia mendorong orang asli papua (OAP) menjadi pengusaha kelas kakap.
"Ini bukan sekadar mimpi, kalau mau serius apa sih yang tidak bisa,?" kata Bahlil usai membuka Pendidikan dan Pelatihan Daerah (Diklatda) HIPMI Provinsi Papua Barat di Manokwari, Kamis.
Pria asal Kabupaten Fakfak, Papua Barat ini menyarankan, OAP tidak setengah-setengah saat terjun ke dunia usaha. Peluang usaha terbuka lebar pada sektor apapun baik di Papua Barat, daerah lain bahkan luar negeri.
Ia juga menyarankan pengusaha asli Papua tidak semata-mata mengharapkan program otonomi khusus (otsus) dalam mengembangkan usaha.
"Saya orang asli Papua, saya bukan orang asli Papua, itu menurut kacamata politik. OAP harus berani melangkah keluar dan Papua Barat punya banyak potensi yang bisa dibawa keluar," ujarnya lagi.
Pria yang digadang-gadang akan masuk dalam kabinet kerja Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin ini pun berharap pengusaha asli Papua tidak selamanya menggeluti usaha dibidang konstruksi.
Saat ini, lanjut Bahlil, perdagangan di wilayah ASEAN sudah terbuka lebar. Papua Barat punya potensi sumber daya alam yang cukup besar dan pengusaha asli Papua punya peluang cukup besar pula untuk memanfaatkan potensi serta peluang tersebut.
"Boleh memulai usaha sebagai kontraktor, itu harus dimanfaatkan untuk mencari modal. Setelah modal terkumpul segara lalukan diversifikasi, buka jaringan di luar negeri sana lalu manfaatkan peluang ekspor," sebutnya menjelaskan.
Ia pun berharap, pengusaha asli Papua fokus menekuni bidang interpreneurship. Usaha apapun yang digeluti harus dilaksanakan secara serius dan memiliki orientasi yang jauh ke depan.
"Ada kecenderungan teman-teman ini berwirasausaha sekaligus berpolitik. Saran saya sebaiknya fokus, kalau mau cepat berkembang," pungkasnya.
Baca juga: HIPMI tawarkan investasi Rp 2 triliun pengembangan pala Papua Barat
Baca juga: HIPMI Papua Barat dukung Bahlil masuk kabinet Jokowi
Pewarta: Toyiban
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019