Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antar-bank Jakarta, Kamis sore, melemah ke level 9.200 per dolar AS, akibat tekanan aksi jual yang dipicu oleh naiknya harga minyak dunia. Menjelang penutupan, rupiah diperdagangkan pada kisaran 9.200/9.210 per dolar AS, melemah 48 poin dibanding posisi penutupan hari sebelumnya 9.152/9.155 per dolar AS. Menurut Direktur Retail Banking Bank Mega, Kostaman Thayib, sepanjang perdagangan hari ini (13/3), rupiah menghadapi tekanan karena pelaku asing mengamil posisi jual dan mencoba menempatkannya pada portfolio lain yang lebih menarik. Pemicu keadaan itu, lanjut dia, terutama adalah kenaikan harga minyak mentah dunia yang mencapai 110 dolar AS. "Kami optimis pasar akan masih memberikan tekanan kepada rupiah, apalagi pasar saham regional masih melemah akibat memburuknya bursa dunia," ucapnya. Rupiah, lanjut Kostaman Thayib, pada pekan mendatang diperkirakan akan kembali menguat, setelah bank sentral AS (The Fed) jadi menurunkan suku bunganya. The Fed diperkirakan pada pertemuan nanti akan menurunkan suku bunga Fedfund sebesar 75 basis poin menjadi 2,25 persen dari 3 persen, katanya. Menurut dia, koreksi harga yang terjadi saat ini masih menempatkan rupiah pada posisi yang aman belum mengkhawatirkan, apalagi akan muncul sentimen positif dari The Fed. Karena itu, keterpurukan rupiah dinilai wajar setelah mengalami kenaikan yang cukup besar, setelah The Fed dalam bulan lalu menurunkan suku bunganya sebesar 1,25 persen (dua kali 50 basis poin dan 75 basis poin). Apalagi, lanjut dia dolar AS di pasar regional juga terpuruk, setelah The Fed ragu-ragu memberikan bantuan untuk memberikan solusi bagi sistem perbankan AS. Akibatnya dolar AS terhadap yen maupun euro mengalami penurunan yang cukup besar, ucapnya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008