Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS, Kamis pagi, merosot tajam menembus angka Rp9.200 per dolar AS, menyusul aksi beli dolar para pelaku pasar membeli dolar AS dalam jumlah yang cukup besar akibat kenaikan harga minyak dunia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun tajam mencapai Rp9.225/9.230 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.153/9.155 per dolar AS atau melemah 72 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan kenaikan harga minyak mentah dunia yang mencapai 110 dolar AS per barel memicu pelaku memburu dolar AS dalam jumlah yang besar. Harga minyak dunia itu diperkirakan akan masih bergerak naik, akibat merosotnya cadangan minyak mentah AS dan besarnya kebutuhan minyak mentah dari China dan India, katanya. Rupiah, lanjut dia, kemungkinan akan masih tertekan oleh kenaikan harga minyak mentah itu hingga mendekati angka Rp9.250 per dolar AS. "Kami optimis rupiah masih akan tertekan oleh isu negatif menjelang bank sentral AS (The Fed) menurunkan suku bunga Fedfund," katanya. Namun, menurut dia, dolar AS sendiri di pasar regional melemah akibat, ketidakpastian The Fed untuk membantu memberikan dukungan terhadap sistem perbankan AS. Karena itu dolar AS terhadap euro dan yen melemah masing-masing mennjadi 1,5575 dan 101,10, katanya. Ia mengatakan, rupiah juga mendapat tekanan dari pasar saham Asia yang masih terpuruk. "Kami memperkirakan rupiah akan kembali merosot pada perdagangan sore nanti, karena sentimen negatif cukup besar," katanya. Meski demikian, menurut dia, kemerosotan rupiah saat ini dinilai hanya sementara saja, karena tekanan pasar yang kuat, namun akan kembali membaik apabila The Fed memutuskan penurunan suku bunganya. Pelaku pasar asing saat ini cenderung menempatkan dananya di sektor komoditas dan minyak yang memberikan gain lebih besar. Karena itu dengan penurunan bunga The Fed, kemungkinan investor asing akan kembali bermain di pasar uang dan saham Indonesia untu meraih gain yang lebih besar, kata Edwin. (*)
Copyright © ANTARA 2008