melahirkan tiga kali risiko pendarahan lebih tinggi
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo mengungkap alasan kampanye program KB menganjurkan dua anak dikarenakan risiko melahirkan anak lebih dari dua yang bisa dialami ibu.
Hasto yang berlatar belakang dokter spesialis kebidanan dan kandungan mengatakan mengatakan di Jakarta, Kamis, seorang ibu yang melahirkan anak lebih dari dua berisiko mengalami pendarahan yang lebih serius saat persalinan di atas anak kedua.
"Melahirkan tiga kali risiko pendarahan lebih tinggi, melahirkan anak ketiga, keempat kelima jauh lebih besar risikonya dari anak kedua," kata Hasto.
Dia menyebutkan angka kematian ibu saat proses melahirkan di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 305 kematian per 100 ribu persalinan. Penyebab kematian paling sering adalah terjadinya pendarahan saat persalinan.
Selain risiko pendarahan, risiko lain yang bisa terjadi saat persalinan anak ketiga dan seterusnya adalah melemahnya kemampuan kontraksi ibu.
"Kenapa anak dua lebih sehat, karena kemampuan untuk kontraksi saat melahirkan yang ketiga jauh lebih berkurang," kata Hasto.
Hasto yang merupakan mantan Bupati Kulon Progo tersebut mengatakan menekan angka kematian ibu menjadi fokus pemerintah sebagaimana telah disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pemaparan visi pemerintahan 2019-2024 di Sentul Bogor beberapa waktu lalu.
Dia mencontohkan di Malaysia yang merupakan negara tetangga Indonesia, kematian ibu hamil dianggap kematian yang tidak wajar dan sampai mendatangkan polisi dalam audit kematian tersebut.
Sementara di Singapura, angka kematian ibu sebanyak 7 kematian per 100 ribu kelahiran, jauh di bawah Indonesia yang 305 per 100 ribu kelahiran. Hasto mengatakan idealnya tidak boleh ada kematian pada proses persalinan.
Baca juga: Minim pengetahuan sebab angka kematian ibu tinggi
Baca juga: Angka kematian ibu cermin kualitas pelayanan kesehatan
Baca juga: BKKBN: angka kematian neonatal mengalami penurunan
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019