Kupang (ANTARA) - Derap langkah kaki sejumlah warga itu tampak lebih gegas ketika mereka berjalan ke arah sebuah lapangan di Desa Netemnanu Utara, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Suara orang memberikan komando untuk menyiapkan pasukan menjelang upacara terdengar lantang dari sumber pengeras suara yang berjarak sekitar 400 meter dari kantor desa.

Langit tampak cerah meskipun udara panas perlahan mulai terasa menyengat kulit kala menjelang siang itu di Netemnanu Utara, sebuah desa kecil di tepian Nusantara yang berbatasan langsung dengan Distrik Oekusi, Negara Timor Leste.

Ratusan warga dari kalangan anak-anak hingga dewasa mulai memadati lapangan Desa Netemnanu Utara untuk mengikuti upacara pembukaan kegiatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-105 Tahun 2019 yang digelar Komando Distrik Militer (Kodim) 1064/Kupang pada Rabu (10/7/2019).

Berbagai elemen hadir dalam upacara singkat itu, dari pejabat pemerintah kabupaten sampai tingkat kecamatan dan desa, aparat TNI-Polri, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga masyarakat di Kecamatan Amfoang Timur.

"Sebagai warga saya senang bapak-bapak dari TNI hadir lagi di sini untuk membangun daerah kami di perbatasan melalui kegiatan (TMMD) ini," kata Emanuel, seorang warga Desa Netemnanu Utara saat berbincang singkat dengan Antara di sekitar lapangan.

Ungkapan Emanuel ini seolah mewakili perasaan seluruh warga hang terlihat antusias berdatangan untuk mengikuti rangkaian upacara pembukaan TMMD 2019 di Kecamatan Amfoang Timur, sekitar 140 kilometer dari Oelamasi, ibu kota Kabupaten Kupang.

Kegiatan TMMD hadir sebagai perwujudan peran TNI membantu Pemerintah Kabupaten Kupang meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perbatasan melalui sentuhan pembangun.

Selain itu, memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat dalam mewujudkan ruang, alat juang, kondisi juang yang tangguh bagi terwujudnya stabilitas keamanan di wilayah perbatasan, demikian tujuan kegiatan yang dipaparkan dalam upacara tersebut.

Sedikitnya ada 150 personel yang tergabung dari TNI-AD didukung TNI-AL, TNI-AU serta personel dari pemerintah daerah diterjunkan dalam TMMD 2019 yang berlangsung selama 10 Juli-8 Agustus.

Membangun fisik dan nonfisik

Komandan Kodim 1604/Kupang, Letkol Kavaleri F.X. Aprilian Setyo Wicaksono mengemukakan setidaknya ada dua sasaran utama pembangunan yang diwujudkan dalam TMMD di antaranya fisik dan nonfisik.

"Untuk pembangunan fisik kami menyasar fasilitas keagamaan sementara nonfisiknya berupa kegiatan sosialisasi tentang berbagai hal berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia warga di perbatasan ini," tuturnya.

Ia menjelaskan, pembangun fasilitas keagamaan dilakukan pada beberapa titik di antaranya, rumah pastoral di Desa Tuaheo, rumah pastoral di Desa Netemnanu Utara, dan Gereja St Paulus di Desa Nunuana.

Pembangunan fisik ini, kata dia, dilakukan dengan prinsip gotong-royong para personel TNI dengan warga yang terlibat secara bergantian disesuaikan dengan kesibukan rutinitas mereka.

"Dari merakit material, menganyam besi, mendirikan tembok hingga atap bangunan semuanya dikerjakan bersama-sama TNI dan warga," tuturnya.

Alhasil, rumah ibadah Gereja Santo Paulus di Nunuana yang sebelumnya sangat sederhana dengan dinding bebak (bahan bangunan kayu yang berasal dari pelepah Pohon Gewang) dan beratapkan alang-alang berubah wajah.

Bangunan gereja berukuran gereja berukuran 9 meter X 14 meter bak disulap seketika menjadi cantik dan kokoh dengan dinding tembok dan beratapkan seng. Demikian pula dua rumah pastoral lainnya masing-masing berukuran 9 meter X 7 meter.

Para personel TNI dari Komando Distrik Militer (Kodim) 1604/Kupang bersama sejumlah warga bergotong-royong membangun Gereja Santo Paulus di Desa Nunuana Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke 105 Tahun 2019 yang digelar di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste selama 10 Juli-8 Agustus. (Antara foto/Aloysius Lewokeda)

Menurut Aprilian, sinergi bersama warga untuk membangun desa sebagai wujud nyata dari nilai kemanunggalan TNI-Rakyat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat di beranda terdepan NKRI itu.

"Dengan partisipasi tinggi dari warga, semua bahu-membahu membangun dalam suasana yang akrab penuh persaudaraan, di sinilah nilai kemanunggalan terwujud," katanya.

Diakuinya, membangun daerah perbatasan tak cukup dengan menggenjot infrastruktur semata, karena di sisi lain, ada aspek paling lain yang membutuhkan sentuhan serius yaitu sumber daya manusia.

Untuk itu, TMMD kali ini juga menyasar pembangunan non fisik guna memperkuat sumber daya manusia melalui kegiatan sosialisasi tentang beragam topik dan isu.

Di antaranya, tentang wawasan kebangsaan, kesadaran hukum, pertanian dan penggunaan teknologi tepat guna, bahaya penyakit HIV/AIDS, bahaya narkoba, perdagangan manusia, maupun
tentang wilayah perbatasan hingga perekrutan anggota TNI.

Bagi TNI, lanjut Aprilian, di mana ada daerah pelosok, terpencil, dan dibilang sulit terjangkau, maka TNI siap hadir sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk mewujudkan pembangunan.

"Dalam hal ini kami membantu Pemerintah Kabupaten Kupang untuk percepatan pembangunan di wilayah perbatasan melalui TMMD," katanya.

Ia mengatakan, Kecamatan Amfoang Timur dipilih sebagai sasaran kegiatan dari tujuh kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Kupang yang berbatasan dengan Distrik Oekusi, Timor Leste karena ada skala prioritas.

Salah satunya, lanjut dia, karena terdapat titik wilayah di Amfoang Timur yaitu Naktuka saat ini masih disengketakan dengan negara tetangga di Pulau Timor yang pernah menjadi provinsi ke-27 di Indonesia itu.

"Karena itu kami datang ke sini untuk menujukan bahwa masyarakat tidak sendiri, kami mewakili pemerintah hadir untuk membangun wilayah ini," katanya.

Ia pun menambahkan, "Paling tidak masyarakat terbangun morilnya, bahwa di wilayah perbatasan yang dikatakan daerah terpencil, tidak demikian, tetap ada perhatian dari negara."

Disambut Apresiasi

Komandan Kodim 1604/Kupang, Letkol Kavaleri F.X. Aprilian Setyo Wicaksono (kanan) bersama Sekretaris Daerah Kabupaten Kupang, Obet Laha, berjabatan tangan usai penandatanganan kerja sama kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke 105 tahun 2019 yang digelar di Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang yang berbatasan dengan Distrik Oekusi, negara Timor Leste. yang berlangsung selama 10 Agustus-8 Juli. (Antara foto/Aloysius Lewokeda)

Pelaksanaan TMMD 2019 di wilayah perbatasan ini pun disambut apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Kupang sebagai penguasa wilayah administratif.

Sekretaris Daerah Kabupaten Kupang, Obet Laha, mengakui pembangunan sejumlah fasilitas keagamaan telah dilakukan secara cepat dan tepat para personel TNI bersama warga di wilayah perbatasan.

"Kami tentu mengapresiasi dan berterima kasih kepada Kodim 1604/Kupang yang mengambil langka mempercepat pembangunan berupa fasilitas keagamaan di wilayah perbatasan ini," katanya.

Menurut dia, adanya sinergi lintas sektor melalui TMMD ini maka pemerintah tidak terlambat membangun wilayah perbatasan untuk keluar dari keterbelakangan.

Karena itu Obet berharap kerja sama pembangunan antara pemerintah daerah dan TNI melalui kegiatan TMMD terus dilakukan secara berkelanjutan.

Di sisi lain, ia juga meminta masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan agar memelihara hasil pembangunan secara baik sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama.

Sementara itu, Pastor Paroki St Maria Mater Dei Oepoli, Romo Yos Binsasi Pr, menilai, pembangunan fisik maupun non fisik yang digarap melalui TMMD sebagai wujud dari kehadiran negara di wilayah perbatasan melalui TNI.

"Ini sebagai bentuk nyata dari kehadiran negara, hanya saja perlu diperhatikan bahwa masih banyak persoalan warga di perbatasan yang membutuhkan perhatian," katanya.

Meski demikian, Romo Yos, sapaan akrab Romo Yos Binasi Pr, juga menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia secara berkelanjutan untuk mengubah karakter dan mental masyarakat di perbatasan.

Menurutnya, masih banyak kekayaan alam terutama dari sektor pertanian, peternakan, perikanan di wilayah itu yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat.

"Karena itu pembangunan fisik saja tidak cukup, tetapi harus ditekankan pada sumber daya manusia. Ketika semua kekayaan ini bisa dikelola untuk kesejahteraan maka warga perbatasan akan lebih percaya diri sebagai bagian dari NKRI," katanya.

Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019