Yang harus kita lakukan adalah lebih intensif dalam menyadarkan masyarakat untuk berperilaku sesuai (tata kelola) kebencanaan

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menginginkan masyarakat dapat berperilaku selaras dan adaptif dengan kondisi negara Republik Indonesia yang rawan terkena bencana di berbagai daerah.

"Yang harus kita lakukan adalah lebih intensif dalam menyadarkan masyarakat untuk berperilaku sesuai (tata kelola) kebencanaan," kata Basuki Hadimuljono saat memberi kata sambutan dalam acara Lokakarya Kesadaran Nasional Peduli Gempa dan Gunung Api yang digelar di Jakarta, Kamis.

Menurut Basuki Hadimuljono, dengan mengadopsi nilai kearifan lokal, berbagai pihak harus bisa memberikan arahan yang tepat terutama kepada warga yang tinggal di kawasan rawan bencana.

Baca juga: Enam masjid ramah gempa dibangun PMI di Lombok NTB

Menteri PUPR mengingatkan bahwa masih ada perilaku sejumlah kalangan masyarakat yang masih tinggal di bantaran dan palung sungai yang rawan banjir, serta ada pula yang tinggal di daerah tebing yang rawan longsor.

"Saya kira kita harus lebih apik lagi dan turun langsung untuk mengintervensi perilaku masyarakat," katanya.

Ia juga menekankan pentingnya pengembangan teknologi, rekayasa dan inovasi yang harus terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjamin keselamatan masyarakat Indonesia.

Baca juga: SDN Blang Sukon jadi percontohan Sekolah Ramah Gempa

Sementara itu Plt Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR Lukman Hakim mengemukakan tujuan acara ini antara lain adalah untuk meningkatkan kepahaman tata kelola kebencanaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

Dalam acara tersebut, lanjutnya, juga dijadwalkan peluncuran 15 buku terkait riset bencana hasil kolaborasi dari peneliti lintas lembaga.

Pembicara lainnya, Ketua Asosiasi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Satryo S Brodjonegoro mengingatkan bahwa sebagai negara kepulauan yang terletak di kawasan cincin api Pasifik, Indonesia memiliki potensi tinggi terjadinya bencana gempa bumi dan erupsi vulkanik gunung api.

Baca juga: Kemenristekdikti minta kampus sadar bencana

Misalnya tragedi bencana pada tahun 2018 seperti gempa bumi Palu, gempa Lombok, letusan Gunung Agung, dan letusan Gunung Anak Krakatau yang mengakibatkan korban dan kerugian materi yang besar.

Ia menyebutkan bahwa salah satu fenomena terkait hal itu adalah bencana likuefaksi di Palu, Sulawei Tengah, pada 2018 yang telah menjadi perhatian dunia.

"Masih segar dalam kenangan kita, bencana gempa bumi yang melanda Palu pada tahun 2018," kata Ketua AIPI.

Dalam menyikapi fenomena tersebut, Kementerian PUPR melalui Balitbang telah bekerja sama dengan berbagai institusi baik nasional maupun internasional dalam rangka melakukan kajian yang terkait bencana likuefaksi tersebut.

Berbagai upaya mitigasi yang telah dilakukan antara lain pemutakhiran peta sumber dan bahaya gempa nasional, serta kajian gempa bumi di berbagai daerah seperti gempa Pidie Jaya, gempa Lombok, gempa Pali, serta kajian dan evaluasi kerusakan bangunan dan infrastruktur pascagempa.

Baca juga: Tagana Masuk Sekolah siapkan generasi sadar bencana sejak dini

Baca juga: Membangun budaya sadar bencana

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019