"Yang pasti karena kebugaran pemain. Ini yang saya analisa, karena kita lihat duel satu lawan satunya kalah. Pergerakan nanggung," kata Seto saat jumpa pers seusai pertandingan.
Menurut Seto, persoalan kebugaran skuat PSS Sleman memang menjadi fokus para pelatih untuk menjaga kestabilan performa mereka, sehingga bisa tampil lebih baik pada laga selanjutnya. Menurutnya kebugaran pemain bisa disebabkan padatnya jadwal pertandingan selama Liga 1 musim ini.
Setelah menjamu PSIS Semarang, PSS dijadwalkan laga tandang melawan Bali united pada 22 Juli 2019, melawan Barito Putera di kandang pada 29 Juli, dan laga tunda tandang melawan Madura United 31 Juli.
"Ini evaluasi buat saya secara pribadi bagaimana mengatur dengan jadwal yang padat untuk menjaga kebugaran. Saya melihat semua, Brian, Batata juga tidak tampil bagus. Hampir semua lini kita tidak tampil bagus," kata Seto.
Selain faktor kebugaran, menurut dia, rasa percaya diri berlebihan juga menjadi pemicu para pemain tak tampil maksimal.
Tim Super Elang Jawa berkali-kali menang pada laga sebelumnya. Seperti saat laga melawan Arema, PSS menang dengan skor 3-1, kemudian menang atas Kalteng Putra 2-0, dan menumbangkan Persebaya Surabaya 2-1 di kandangnya. "Bisa jadi 'over confidence'. Ini menjadi pembelajaran bagi kami," kata Seto.
Ia tidak menyangkal bahwa Laskar Mahesa Jenar mampu menampilkan permainan yang cukup bagus saat melawan skuat asuhannya. Ciri khas permainan PSIS yang agresif dan cepat, menurutnya, telah diantisipasi saat latihan.
"Sejak awal sudah kami prediksi PSIS memiliki 'counter attack' yang cepat, tapi kebugaran pemain mempengaruhi kecepatan mereka di lapangan untuk mengantisipasinya," kata Seto.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019