Jakarta (ANTARA) - Banyaknya informasi hoaks dinilai tidak hanya subur ketika pemilu, tapi juga mulai meresahkan sektor bisnis di mana salah satu industri yang rentan hoaks yakni perusahaan keuangan termasuk asuransi.
"Tidak mudah untuk mempertahankan image korporasi apalagi di era digital komunikasi yang tidak terbatas yang rentan dengan gempuran hoaks," kata Head of Corporate Communications Allianz Indonesia Wahyuni Murtiani, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, informasi hoaks di industri asuransi seperti juga di industri lain berasal dari pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan.
"Penyebaran berita bohong untuk menutupi tindakan penipuan asuransi termasuk melalui kampanye gelap dapat merusak citra perusahaan, antara lain membangun narasi proses klaim nasabah yang tidak mudah oleh perusahaan,” ujarnya.
Dengan begitu, Wahyuni mengimbau masyarakat tidak mudah terhasut oleh hoaks, lakukan double-check sangat penting, serta cari sumber-sumber informasi yang dapat dipercaya, seperti lembaga resmi atau langsung memperoleh informasi dari perusahaan yang bersangkutan.
Untuk mengukur seberapa baik citra perusahaan, Frontier Group salah satu lembaga yang konsisten melakukan survei tentang corporate image.
Menurut survei yang disiarkan di laman http://imacaward.com dan Majalah Marketing, survei independen ini dilakukan pada Maret-April 2019 yang melibatkan 3.000 responden dari unsur publik, manajemen, investor dan juga kalangan jurnalis yang mencapai 180 orang.
Untuk sektor asuransi kategori total asset di atas Rp20 trilliun, PT Asuransi Allianz Life Indonesia, menjadi salah satu perusahaan yang berhasil meningkatkan Corporate Image Index (CII) sebelumnya masih di bawah 1, untuk saat ini menjadi di atas 1 atau di atas rata-rata industri dengan kategori “excellent”.
“Pencapaian ini buah kerja keras, dukungan dan kerja sama yang kuat dari banyak pihak termasuk agen. Selain citra perusahaan yang membaik, tahun ini kinerja kami juga menggembirakan,” Ujar Wahyuni.
Sementara itu, pengamat korporasi, Godo Tjahjono mengatakan bahwa reputasi perusahaan perlu dibangun bertahun-tahun tidak hanya di depan nasabah tetapi juga dimata pemangku kepentingan (stakeholders).
“Umumnya, perusahaan akan tangguh terhadap hoaks, karena mereka konsisten membangun reputasi dan menerjemahkan prinsip-prinsip humanistik dalam bisnisnya. Masih banyak perusahaan belum menjiwai konsep humanistik bisnis", ujar Godo.
Menurutnya, salah satu kunci menjaga corporate image adalah hubungan langsung antara representasi perusahaan, termasuk agen, dalam bersentuhan dengan nasabah dan stakeholders lainnya dalam prinsip-prinsip humanistic business yakni goodness, respect dan dignity.
Baca juga: Kemenkeu siap asuransikan 1.862 gedung dan bangunan
Baca juga: Allianz Life Syariah bidik generasi milenial untuk perkenalkan asuransi syariah
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019