Jakarta (ANTARA News) - Indonesia masuk dalam 25 negara yang paling menarik sebagai tujuan investasi asing langsung (FDI) dan tingkat daya saingnya terus meningkat.
Hal itu dikemukakan Deputi Perencanaan Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Luky Eko Wuryanto dalam makalah seminar FDI Jepang dan Indonesia sebagai Tujuan Investasi, di Jakarta, Selasa.
"Indonesia berada di urutan ke-21 dari 25 negara yang paling menarik sebagai tujuan FDI," ujarnya.
Peringkat itu, lanjut dia, berdasarkan perusahaan konsultan dunia, AT Kearney, yang melakukan survei terhadap CEO dan COO dari 1.000 perusahaan kelas dunia di 65 negara.
Selain itu, kata dia, daya saing melakukan bisnis di Indonesia, berdasarkan Bank Dunia, juga meningkat dari peringkat 135 pada 2007 menjadi peringkat 123 pada 2008 dari 178 negara yang disurvei.
Luky optimis dengan kondisi tersebut, maka Indonesia akan tetap menjadi negara tujuan investasi FDI, meskipun diakuinya banyak hal yang harus diperbaiki, terutama infrastruktur.
Daya tarik lainnya yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi di Indonesia adalah hasil sumber daya alam Indonesia yang besar.
"Pada tahun 2007 Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dengan produksi mencapai sekitar 17 juta ton per tahun, mengalahkan Malaysia," katanya.
Demikian pula dengan produksi kakao Indonesia terus meningkat, sehingga pada 2007 mencapai 700 ribu ton yang menjadikan Indonesia sebagai produsen kakao kedua terbesar di dunia.
Sumber daya alam lainnya adalah timah dengan produksi 65 ribu ton pada 2007, Indonesia menjadi negara produsen ke-2 terbesar di dunia. Demikian pula dengan emas yang produksinya mencapai 89 ribu ton.
Produksi bahan tambang lainnya yang besar adalah tembaga dan nikel yang masing-masing produksinya mencapai 818 ribu ton dan 4,35 juta ton dan menduduki peringkat produksi terbesar ke-4 dan ke-5 di dunia.
"Kami akan terus melakukan perbaikan iklim investasi dan infrastruktur. Mudah-mudaha semua berjalan berkesinambungan, sehingga meskipun lambat menuju ke arah yang lebih baik," ujar Luky.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008