Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa sore merosot tajam mendekati 9.200 per dolar AS, karena pelaku pasar kembali melepas rupiah dan membeli dolar AS sejalan dengan menguatnya harga minyak mentah dunia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpuruk menjadi 9.180/9.190 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya 9.108/9.205 atau turun 72 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta mengatakan, memburuk bursa regional akibat merosot bursa dunia merupakan faktor utama yang menekan rupiah terpuruk. Namun melemahnya rupiah diperkirakan hanya bersifat sementara, karena pelaku pasar menunggu pertemuan bank sentral AS (The Fed) yang akan menurunkan suku bunganya, katanya. Apabila The Fed, lanjut dia jadi menurunkan suku bunga Fedfund, maka sentimen positif itu akan memicu rupiah kembali menguat. The Fed diperkirakan akan menurunkan bunga Fedfund sebesar 75 basis poin menjadi 2,25 persen dari sebelumnya 3 persen, katanya. Menurut dia, penurunan rupiah saat ini merupakan koreksi setelah mengalami kenaikan yang cukup tajam dan hal ini dinilai cukup wajar. "Kami optimis masih ada peluang bagi rupiah untuk menguat lagi, karena investor asing akan kembali aktif menginvestasikan dananya di pasar domestik," ucapnya. Penurunan bunga Fedfund, lanjut dia juga akan mendorong Bank Indonesia (BI) menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin asalkan laju inflasi bulan berikutnya bisa lebih rendah. Penurunan BI Rate nanti tidak akan mengurangi minat asing itu tetap menempatkan dananya, karena selisih bunga itu masih cukup besar, ucapnya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008