Kotabaru (ANTARA) - Siswa kelas IX SMP Negeri 7 Kotabaru, Kalimantan Selatan selama ini terpaksa menempati bangunan darurat lantaran sekolah kekurangan ruang kelas.
Sekolah yang berada di Jalan Batu Selira Desa Hilir Muara, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru ini hanya memiliki satu ruang kelas.
“Kelasnya cuma satu, tahun lalu kami dapat perpustakaan tapi itupun difungsikan untuk kelas juga,” ujar Wakil Kepala SMPN 7 Kotabaru, Suwanto, Rabu.
Satu-satunya ruang kelas itu ditempati siswa kelas VIII, sedangkan perpustakaan dijadikan ruang kelas VII. Sementara untuk menampung para siswa kelas IX, pihak sekolah membuat bangunan darurat di teras kelas VIII.
Bangunan dengan rangka baja ringan itu dikelilingi dinding kalsiboard. Separuh dinding bagian atas dipasangi kawat agar udara dan cahaya bisa masuk.
Ruangan ini hanya cukup memuat 12 buah meja untuk siswa, sebuah meja guru, serta sebuah papan tulis.
Tahun lalu ruangan ini diisi sebelas orang siswa, sedangkan tahun ini siswa kelas IX bertambah menjadi 20 orang.
Dikatakan Suwanto, pihaknya baru menempati bangunan sekolah ini sejak 2017.
Sebelumnya SMPN 7 Kotabaru berlokasi di Jalan Nelayan Desa Hilir Muara, lalu dipindah untuk memudahkan akses menuju sekolah.
Pasalnya sekolah yang lama berada di ketinggian dan tidak bisa dicapai dengan kendaraan roda dua. Lama-lama jumlah siswa terus berkurang karena orangtua enggan menyekolahkan anaknya di situ.
Setelah pindah jumlah siswa mulai mengalami peningkatan, namun sarana-prasarana malah menjadi kendala. Kondisi ini ditengarai sebagai penyebab hasil Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tidak sesuai harapan.
“Tahun ini diminta dua kelas, itu minimal 40 orang dan maksimal 60 orang, tapi waktu PPDB serentak yang mendaftar hanya 19 orang,” ungkap Suwanto.
Pihaknya melakukan perpanjangan PPDB dan sampai saat ini ada penambahan menjadi 35 orang siswa.
Baca juga: Siswa SMPN 2 Pulau Sembilan arungi laut 17 jam demi UNBK
Padahal di dekat sekolah terdapat sebuah SD yang tahun ini meluluskan sekitar 50 orang siswa. Namun karena persoalan sarana-prasarana, banyak orangtua yang lebih memillih sekolah lain.
“Aturannya untuk sekolah baru dari pemerintah setiap tahun ada penambahan sarana-prasarana, tapi kan tergantung anggarannya juga,” kata Suwanto.
Selain kekurangan ruang kelas, SMPN 7 Kotabaru yang berdiri di atas rawa juga tak memiliki lapangan. Saat upacara bendera para siswa biasanya berbaris di sepanjang jalan titian.
“Yang mendesak pertama kelas, kedua lapangan untuk upacara dan olahraga. Ada wacana mau dibangun lapangan, tapi tidak tahu kita menunggu saja,” tambahnya.
Eva Anggraini, salah seorang siswa kelas IX SMPN 7 Kotabaru, berharap mendapat ruang kelas yang lebih layak sehingga ia dan teman-temannya bisa belajar dengan nyaman.
Baca juga: 15.373 kelas terdampak asap rusak berat
"Ruangannya sempit, kalau hujan juga airnya bisa masuk. Kalau bisa sih dapat ruang kelas baru, meja dan kursinya juga yang baru, soalnya banyak yang rusak," ucapnya.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kotabaru Selamat Riyadi mengatakan pihaknya terus berupaya memenuhi berbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar di SMPN 7 Kotabaru.
“Kalau tidak salah tahun ini ada penambahan ruang kelas baru, nanti kita cek lagi datanya,” katanya.
Penambahan sarana prasarana dilakukan bertahap baik dengan anggaran yang bersumber dari APBD kabupaten maupun DAK melalui usulan ke Kementerian Pendidikan.
“Pada intinya SMPN 7 Kotabaru merupakan bagian dari prioritas untuk ditingkatkan baik fasilitas maupun mutunya,” tegasnya.
Baca juga: 100.000 ruang belajar di sekolah rusak
Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019