Jakarta (ANTARA) - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI, memaparkan sejumlah faktor yang menyebabkan Indonesia hingga kini belum memiliki produk yang berskala brand nasional.
"Banyak persoalan kenapa kita belum memiliki nation brand yang mendunia di antaranya keterbatasan dalam berbagai hal terkait riset," kata Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati, di Jakarta, Rabu.
Keterbatasan tersebut meliputi sumber daya, kegiatan riset itu sendiri, pendanaan dan terintegrasinya peneliti-peneliti Indonesia.
Selama ini, ia menilai riset yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia cenderung dikerjakan secara pribadi tanpa melibatkan pihak lain. Padahal, langkah itu dinilainya kurang tepat.
Ia menjelaskan untuk menghasilkan sebuah hasil riset atau produk yang berbasis brand nasional, maka peneliti harus saling bekerja sama atau keroyokan sehingga hasil risetnya lebih baik.
Langkah tersebut sudah teruji, yakni produk-produk yang telah mendunia merupakan hasil riset yang dilakukan oleh banyak orang dan bukan individu.
"Bahkan nobel juga dihasilkan dari keroyokan peneliti," katanya.
Oleh karena itu, ke depan ia mendorong para peneliti agar bekerja sama sehingga mampu menghasilkan sebuah hasil riset yang nasional brand.
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan agar peneliti bisa menghasilkan nasional brand. Aturan tersebut seperti Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 16 tahun 2018 yang menjelaskan mekanisme riset dengan begitu sederhana serta mendorong perbaikan untuk ekosistem.
Terkait masih tingginya penggunaan inovasi dari luar, ia menilai hal tersebut bentuk dari sikap masyarakat Indonesia kurang menghargai diri sendiri. Padahal, berbagai produk yang dihasilkan melalui riset dalam negeri belum tentu kalah.
"Berbagai hasil riset yang dijadikan sebagai produk dalam negeri tersebut belum tentu kalah bersaing dengan produk dari luar negeri," ujar dia.
Baca juga: Indonesia jadikan NEST peluang pengembangan riset 'brand nasional'
Baca juga: Tanri Abeng puji perusahaan nasional
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019