Jakarta (ANTARA) - Pihak Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM) masih menanti penyelesaian proses hukum terkait antara pihak penyedia suku cadang Carl Zeiss dengan pihak ketiga PT Bunga Lestari terkait pengelolaan Planetarium dan Observatorium Jakarta, Cikini, Jakarta Pusat.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pengelola TIM, Verony Sembiring, pada Rabu menjelaskan, sengketa perdata antara Carl Zeiss dan PT Bunga Lestari turut mempengaruhi pengambilan keputusan mengenai pengelolaan planetarium berkaitan dengan rencana revitalisasi dua tahap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

"Kami masih melakukan komunikasi dengan pihak Carl Zeiss yang berpusat di Jerman. Namun, karena masih ada sengketa hukum antara Carl Zeiss dan pengelola, maka sejauh ini kami hanya bisa menunggu prosesnya selesai. Kalau tidak salah saat ini sudah dalam tahap kasasi," ujar Verony.

Pada tahun 2013, PT Bunga Lestari bekerja sama dengan Planetarium dan Observatorium Jakarta dalam melakukan sistem pemutakhiran digitalisasi alat teknik pertunjukan bernama Velvet. Namun hingga setahun berselang, sistem tersebut belum berfungsi sehingga Pemprov DKI Jakarta tidak bersedia melakukan pembayaran. Sengketa tersebut berujung pada penghentian pelayanan perawatan dan penyediaan suku cadang oleh pihak Carl Zeiss, Jerman sejak tahun lalu.

Verony mengatakan bila proses sengketa hukum kedua belah pihak selesai maka akan mempermudah proses penganggaran terkait revitalisasi TIM-Planetarium tahap kedua yang rencananya dimulai awal tahun 2020 oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

"Planetarium kan bukan unit mandiri jadi tidak bisa melakukan sendiri penganggaran suku cadang dan perawatan perangkat yang rusak. Kalau memang nanti masuk dalam anggaran Jakpro, ya berarti eksekusinya mengikuti penganggaran revitalisasi sehingga dapat diserap," katanya.

Terkait rencana revitalisasi TIM, lanjut Verony, sejauh ini pihaknya baru melakukan kajian terhadap beberapa kemungkinan perbaikan sarana planetarium.

"Mungkin akan lebih berfokus pada sarana seperti kursi-kursi pengunjung, pengaturan tata cahaya, dan sistem alat pendingin ruangan," katanya.

Selama beberapa tahun belakangan pihak Planetarium dan Observatorium Jakarta memperbaiki sendiri kerusakan alat pengatur lampu di bagian kubah dan alat pengatur pergerakan proyektor untuk simulasi bintang dan planet. Imbasnya, pusat edukasi dan sains benda-benda langit ini hanya bisa menggelar pertunjukan dua kali dalam sehari.

Pewarta: Adnan Nanda
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019