Denpasar (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Superersemar) tahun 1966 merupakan solusi terbaik untuk menghindari terjadinya dua kemungkinan terburuk, yaitu kemungkinan perang saudara atau kudeta. "Hari ini 11 Maret, pertama yang ingin saya sampaikan pada pokoknya ialah sesuatu itu harus dilihat pada kondisi yang terjadi pada saat itu," katanya, di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Selasa, sesaat sebelum bertolak kembali ke Jakarta setelah melakukan kunjungan kerja di provinsi tersebut. Jadi, menurut Wapres, keberadaan Supersemar pada 11 Maret 1966 itu merupakan solusi yang baik pada waktu itu. Kalla kemudian mencoba menggambarkan kondisi pada saat itu. Menurut dia, apabila tidak ada Supersemar, sementara pasukan di Jakarta sudah terkonsentrasi dan Cakrabirawa (pasukan pengawal Presiden semasa Presiden Soekarno, red) juga terkonsentrasi di Bogor, maka hanya ada dua kemungkinan, yakni perang saudara atau "coup d'tat" (kudeta). "Keduanya tidak bagus, maka solusinya adalah Supersemar itu dan itulah jalan keluar terbaik saat itu untuk menghindari perang saudara atau 'coup'," katanya. Mengenai masih adanya kontroversi dan versi cerita yang berbeda dari Supersemar, Kalla menegaskan bahwa esensinya tetap saja sama, yaitu mencari solusi terbaik pada saat itu. Menurut dia, kalau dua skenario terburuk itu terjadi, maka imbasnya akan jauh sampai sekarang ini. Lebih lanjut Kalla mengatakan bahwa setidaknya Supersemar itu adalah pelajaran sejarah bagaimana mencapai solusi yang baik dari peristiwa yang pelik. Ia juga menegaskan bahwa keberadaan Supersemar merupakan solusi setelah dilakukan dialog antara pihak angkatan bersenjata dengan Bung Karno. (*)

Copyright © ANTARA 2008