Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Selasa pagi, kembali merosot tajam menembus angka Rp9.200 per dolar AS, karena pelaku pasar melakukan spekulasi melepas rupiah menjelang penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed). Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp9.265/9.275 per dolar AS dibanding penutupan kemarin Rp9.155/9.160 per dolar AS atau melemah 110 poin. Seorang analis bank swasta nasional mengatakan para pelaku pasar semakin agresif melepas rupiah dan membeli dolar AS yang juga didorong oleh kenaikan harga minyak dunia hingga menembus level 108 dolar AS per barrel. Harga minyak melesat ke posisi tertinggi baru, Senin, di tengah kekhawatiran tentang melemahnya dolar AS dan ketatnya pasokan. Kontrak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman April, melambung lebih dari 107 dolar AS per barrel untuk pertama kalinya dan kemudian menembus level 108 dolar AS, mencapai angka tertinggi selama ini pada 108,21 dolar AS. Acuan kontrak New York juga menciptakan rekor penutupan baru, naik 2,75 dolar AS pada 107,90 dolar AS, melumatkan rekor penutupan sebelumnya 105,47 dolar AS pada Kamis lalu. Di London, harga minyak jenis Brent North Sea untuk pengiriman April mencapai rekor tertinggi 104,42 dolar AS per barrel sebelum mantap dengan kenaikan 1,78 dolar AS pada rekor 104,16 dolar AS per barrel. Pada Kamis, harganya mantap (ditutup) pada 102,61 dolar AS. Penurunan bursa global, kata analis, juga turun menekan rupiah. "Kami memperkirakan koreksi terhadap rupiah merupakan taktik pelaku pasar menjelang pertemuan The Fed pada 18 Maret nanti," kata analis valas Rully Nova. Penurunan suku bunga the Fed, menurut dia, akan kembali memicu rupiah menguat hingga di bawah angka Rp9.000 per dolar AS, karena itu koreksi harga terhadap rupiah saat ini dinilai cukup baik. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008