Singapura (ANTARA News) - Harga minyak tetap menguat di perdagangan Asia, meskipun terjadi sedikit menurun akibat melemahnya mata uang AS dan kekhawatiran atas pasokan, kata dealer. Dalam perdagangan pagi, kontrak utama New York untuk minyak mentah light sweet terjadi penurunan sebesar 22 sen menjadi 107,68 dolar per barel dari rekor tingginya 107,90 dolar pada jam-jam perdagangan di AS, Senin. Sementara kontrak naik ke tingkat perdagangan tinggi baru 108,21 dolar di New York, Senin, karena para investor berspekulasi bahwa harga minyak akan terus menguat di tengah ekspektasi harga dolar akan tetap melemah. Keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pekan lalu untuk tetap mempertahankan tingkat produksi hariannya tidak berubah meski mendapat tekanan dari Amerika Serikat, yang merupakan pengguna energi terbesar dunia, juga turut mendukung pasar, kata dealer. OPEC, yang memproduksi 40 persen minyak mentah dunia, memutuskan mempertahankan target produksi hariannya 29,67 juta barrel. Sementara itu harga minyak di perdagangan New York melesat ke posisi tertinggi baru, Senin, di tengah kekhawatiran tentang melemahnya dolar AS dan ketatnya pasokan sehingga para spekulan bertaruh mendorong pasar "rally", kata para pedagang, seperri dikutip AFP. Kontrak minyak patokan di New York dan London ditutup pada rekor tertinggi karena kantor Presiden AS George W. Bush mengindikasikan bahwa Wakil Presiden Dick Cheney secara pribadi akan meminta tokoh OPEC, Saudi Arabia, meyakinkan kartel itu agar meningkatkan produksi minyak mentahnya. Kontrak utama New York, minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman April, meningkat mencapai lebih dari 107 dolar AS per barel untuk pertama kalinya dan kemudian menembus level 108 dolar AS, mencapai angka tertinggi selama ini pada 108,21 dolar AS. Acuan kontrak New York juga menciptakan rekor penutupan baru, naik 2,75 dolar AS pada 107,90 dolar AS, melumatkan rekor penutupan sebelumnya 105,47 dolar AS pada Kamis lalu. Di London, harga minyak jenis Brent North Sea untuk pengiriman April mencapai rekor tertinggi 104,42 dolar AS per barel sebelum mantap dengan kenaikan 1,78 dolar AS pada posisi 104,16 dolar AS per barel. (*)

Copyright © ANTARA 2008