Saat terjadi kekeringan, pemenuhan kebutuhan air bersih menjadi prioritas, baru setelah itu untuk irigasi lahan pertanian
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan langkah antisipasi dan mitigasi dampak kekeringan dengan memantau ketersediaan air pada tampungan air seperti waduk, embung, danau, dan bendungan, juga menjaga pasokan air bersih konsumsi masyarakat dengan membangun sumur bor.
“Saat terjadi kekeringan, pemenuhan kebutuhan air bersih menjadi prioritas, baru setelah itu untuk irigasi lahan pertanian," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.
Total jumlah waduk operasional sebanyak 231 waduk yang meliputi 16 waduk utama dengan kapasitas tampungan di atas 50 juta meter kubik dan 215 waduk berkapasitas tampungan kurang dari 50 juta meter kubik. Dari 16 waduk utama, sebanyak delapan waduk memiliki tinggi muka air normal, yakni Cirata, Saguling, Betutegi, Wadaslintang, Bili-Bili, Kalola, Way Rarem, dan Ponre-Ponre.
Sementara delapan waduk lainnya memiliki tinggi muka air di bawah normal, yakni Jatiluhur, Kedungombo, Wonogiri, Sutami, Wonorejo, Cacaban, Selorejo, dan Batu Bulan.
Terpantau per 30 Juni 2019 volume ketersediaan air dari 16 waduk utama tersebut sebesar 3.858,25 juta meter kubik dari tampungan efektif sebesar 5.931,62 juta meter kubik.
Luas area yang bisa dilayani dari ke-16 bendungan tersebut adalah 403.413 hektare dari total 573.367 hektare.
“Waduk dengan kondisi di bawah rencana akan mengalami penyesuaian pola tanam yang pengaturannya di tentukan oleh perkumpulan petani pengguna air atau P3A,” ujar Dirjen Sumber Daya Air Hari Suprayogi.
Selain waduk, Kementerian juga memantau ketersediaan air dari 1.922 embung yang terdiri dari 1.214 embung berfungsi normal (63,2 persen) dan 708 embung mengalami penurunan fungsi (36,8 persen). Rata-rata seluruh embung mampu menyediakan air hingga 2-3 bulan dengan total ketersediaan air 208 juta meter kubik.
Kementerian PUPR juga menyiapkan pompa sentrifugal berkapasitas 16 liter per detik untuk menjaga ketersediaan air bersih konsumsi masyarakat.
Pompa yang disiapkan mencapai 1.000 unit yang tersebar di 34 provinsi. “Tentunya apabila di situ memang ada air. Air bisa air tanah maupun bisa dari suatu sungai yang memang masih ada,” katanya.
Sementara untuk daerah yang memiliki curah hujan relatif sedikit sehingga cadangan air tanah terbatas misalnya Gunung Kidul, Kementerian PUPR membuat sumur bor dengan terlebih dahulu melakukan pengkajian potensi sumber air di sekitar. Kemudian mengoptimalisasi pemanfaatan sumur bor yang telah tersedia sebanyak 7.471 sumur bor yang tersebar di 34 provinsi.
Pada tahun 2019, Kementerian PUPR melakukan pembangunan sumur bor baru sebanyak 428 titik. Kemudian menyediakan dukungan sebanyak 242 unit Mobil Tangki Air (MTA) dengan kapasitas masing-masing 5.000 liter untuk melayani 1.300 jiwa per MTA per hari.
Perkiraan kebutuhan air minum untuk masyarakat terdampak kekeringan sebesar 31 ribu meter kubik per hari sehingga ditargetkan 1.674 unit MTA dapat didistribusikan termasuk dukungan dari Pemerintah Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Baca juga: Kekeringan melanda tujuh provinsi di Indonesia, sebut BNPB
Baca juga: Presiden Jokowi perintahkan para menteri antisipasi dampak kekeringan
Baca juga: Pemerintah diminta beri solusi atas krisis air bersih
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019