Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Menneg BUMN), Sofyan Djalil, meminta PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero), agar segera merampungkan proyek pembangkit listrik 10.000 Mega Watt (MW) terlebih dulu setelah terbentuk jajaran direksi yang baru. "Kita menekankan supaya mereka memperhatikan hal itu secara khusus, makanya kita membentuk direktur pembangunan strategis supaya ada orang yang mensupervisi sehari-hari," kata Sofyan Djalil, di Jakarta, Senin. Selain menuntut jajaran direksi baru PLN yang baru saja dilantik untuk segera merampungkan proyek besar itu, pihaknya juga akan berupaya mengatasi persoalan energi primer yang hingga kini masih membelit PLN. Menurut dia, masalah energi primer sangat perlu untuk dibicarakan segera dengan pemerintah. Energi primer untuk bahan bakar pembangkit PLN terdiri dari BBM, batubara, dan gas tetapi masih banyak yang menggunakan BBM sementara justru daya dukung dan peralatan PLN lebih mengarah pada gas dan batubara yang pasokannya masih amat minim. Sedangkan soal tarif regional, Sofyan berpendapat di beberapa tempat telah diberlakukan hal tersebut misalnya di Tarakan. "Artinya, kalau listrik bagus wajar orang bayar lebih mahal, kalau dekat dengan energi wajar orang bayar lebih murah. Intinya adalah dimungkinkan, nanti kita bisa merespon kebutuhan setempat," katanya. Menurut dia, intinya nanti adalah akan memberikan delegasi untuk masing-masing kawasan untuk dapat memiliki listrik sendiri. Terkait masih mahalnya tarif listrik PLN, Menteri mengatakan, hal itu karena masih diperlukan BBM sebagai energi primer di mana harga BBM saat ini juga melambung tinggi. "Kalau program 10 ribu MW selesai, biaya energi primer akan turun sekali, tarif listrik tanpa dinaikkan juga akan lebih sehat," katanya. Ia mencontohkan, misalnya diesel digunakan sebagai bahan bakar pembangkit untuk 1 kwh-nya PLN harus membayar Rp2.500 sedangkan bila menggunakan batubara hanya diperlukan Rp300. Sementara itu, Direktur Utama PLN, Fahmi Mochtar, mengatakan bahwa pihaknya akan mengurangi ketergantungan pada BBM dengan mempercepat pryek 10 ribu MW. "Kita akan mempercepat proyek 10 ribu MW dan kita juga coba lakukan dengan mempercepat masuknya gas pembangkit-pembangkit kita yang selama ini memang disediakan untuk gas," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008