Surabaya (ANTARA) - Peneliti Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam menilai maraknya bakal Calon Wali Kota Surabaya 2020 dari kalangan milenial menunjukkan bahwa gairah politik warga Kota Pahlawan kian positif.
"Mereka punya modal sosial fungsional untuk bisa adaptif terhadap lingkungan yang selalu berubah cepat dan dinamis," kata Surokim kepada ANTARA di Surabaya, Selasa.
Baca juga: Cawali Surabaya independen dinilai berpeluang sebagai pelanjut Risma
Baca juga: Jamhadi tanggapi namanya muncul di bursa cawali Surabaya
Adapun bakal cawali dari kalangan milenial yang mulai beredar di Surabaya di antaranya Eri Cahyadi (Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Beppeko) Surabaya), K.H. Zahrul Azhar As'ad atau Gus Hans (Wakil Ketua DPD Partai Golkar Jatim), M. Sholeh (Advokat), Azrul Ananda (Presiden Klub Persebaya) dan Bayu Airlangga (Ketua Muda Mudi Demokrat Jatim).
Selain itu, ada Dimas Oky Nugroho (pegiat anak muda dan kewirausahawan sosial), Andy Budiman (politikus PSI), Dimas Anugerah (politikus PSI), Kuncarsono Prasetyo (mantan wartawan dan kolektor benda-benda kuno), Abraham Sridjaja (Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Angkatan Muda Partai Golkar), Dedy Rachman (akademisi), Sukma Sahadewa (dokter sekaligus politikus Perindo) dan Didik Prasetiyono (Direktur Surabaya Consulting Group/SCG).
Sedangkan cawali milenial dari perempuan ada Agnes Santoso (Presenter), Siti Nasyiah (aktivis dan penulis buku), Asrilia Kurniati (Ketua Umum Gabungan Organisasi Wanita), Dwi Astuti (pengurus Muslimat Jatim), .
Menurut dia, dengan adanya cawali milenial tersebut perpolitikan di Surabaya juga akan kian dinamis dan terbarukan. Begitu juga energi yang dibutuhkan untuk pembangunan kota yang demikian dinamis dan berubah cepat, sehingga Kota Surabaya bisa inovatif produktif dan juga kompetitif.
"Sosiopreneur dan technopreneur milenial muda yang saya sebut itu untuk kebutuhan Kota Surabaya kekinian dan mendatang. Khususnya untuk bisa akseleratif menaktivasi potensi kreatif warga kota," katanya.
Menurut Dekan Fakultas Ilmu sosial dan ilmu budaya Universitas Trunojoyo Madura ini, nama-nama cawali tersebut bisa didorong untuk menyemarakkan diskusi di ruang publik sehingga bisa dipantau dan dikawal publik Surabaya.
"Faktanya kita masih kekurangan calon milenial perempuan," katanya.
Baca juga: Pengamat: belum tepat pilih birokrat sebagai cawali Surabaya
Baca juga: M. Machmud punya modal elektoral maju Pilkada Surabaya 2020
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019