Kuala Lumpur (ANTARA News) - Jangan membayangkan pemilihan umum Malaysia sama dengan di Indonesia, demikian laporan wartawan ANTARA News Asro Kamal Rokan dari Kuala Lumpur yang memantau pesta demokrasi di negeri jiran yang tanpa arak-arakan.
Di Malaysia, suasana Pemilu lebih terasa melalui pemberitaan media massa. Sedangkan di jalan-jalan, hanya terlihat bendera dan spanduk-spanduk. Tidak ada pengerahan massa, arak-arakan kendaraan, pertunjukan musik, dan joget.
Rapat umum tetap ada, namun berbeda dengan di Indonesia yang hiruk-pikuk. Ketika Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi kampanye di ruang terbuka di Penang, ribuan orang yang hadir, duduk manis di kursi yang disediakan.
"Ini seperti acara peringatan keagamaan," lapor Asro.
Para pejabat dan kandidat parlemen maupun Dewan Undangan Nasional (DUN), setingkat DPRD, lebih suka mendatangi kampung-kampung, memberikan bantuan, dan meninjau posko-posko di pinggir-pinggir jalan. Di posko-posko itu, mereka sebut bilik, pada malam hari diramaikan acara bakar ayam dan bakar ikan. Banyak makanan dan pamplet-pamplet di bilik-bilik itu.
Uniknya, para menteri maupun para kandidat dari partai-partai lain, lebih suka berkampanye pada malam hari. Sedangkan pada siang hari, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Di sepanjang jalan di Kedah, Pahang, Kelantan, Terangganu, bilik-bilik tersebut bertebar. Bahkan, bilik partai pemerintah dan oposisi bisa saling berseberangan jalan. Di Kelantan dan Terengganu, suasa Pemilu lebih terasa. Bendera-bendera partai tersebar berbagai ukuran, berlomba tinggi, berlomba ukuran, dan saling tindih.
Berbeda di lapangan, di media-media pemberitaan lebih banyak dan panas. Setiap media, terutama cetak bisa menghabiskan 12 halaman untuk memberitakan kampanye, terutama kegiatan pejabat pemerintahan. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008