Denpasar (ANTARA News) - Ribuan Ogoh-ogoh, yakni boneka berukuran besar menyerupai raksasa dengan wajah menyeramkan, nyaris serempak turun berpawai ke ruas-ruas jalan raya di Pulau Dewata, sejak Kamis petang hingga tengah malam. "Raksasa" yang umumnya terbuat dari bahan rangkaian bambu, kayu dan "berkulitkan" kertas aneka warna itu, tampil "menari-nari" di jalanan umum, digotong puluhan orang dengan pakaian seragam yang khas. Suasana menjadi semarak, riuh sorak dan penuh warna, setelah seperangkat gamelan Bali mengiringi setiap ogoh-ogoh yang tampil dalam rangkaian pawai berkenaan dengan umat Hindu melakukan ritual "Malam Pengerupukan", yakni sehari sebelum Nyepi. Untuk mengamankan jalannya ritual tersebut, jajaran Polda Bali tercatat mengerahkan 1.600 personel, tergabung dengan 25.000 petugas keamanan desa adat (Pecalang) yang tersebar di berbagai daerah. Mengenai jumlah Ogoh-ogoh yang terdata, Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol AS Reniban mengatakan, sejauh ini mencapai 4.035 tersebar di berbagai daerah di Bali. Dari Ogoh-ogoh sejumlah itu, sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Gianyar, yakni sebanyak 1.072 boneka rakrasa. Menyusul kemudian Kota Denpasar 672 Ogoh-ogoh, Kabupaten Tabanan 575, Kabupaten Badung 527, Buleleng 263, dan empat kabupaten lain di Bali berkisar antara 200 sampai 250 Ogoh-ogoh. Bisa dibayangkan, turunnya patung "raksasa" di jalanan umum tersebut dengan sendirinya telah "menggusur" aneka jenis kendaraan bermotor yang biasa lalulalang di jalan raya. Berbagai jalan raya sejak dari Denpasar, Kuta, Nusa Dua, dan daerah lainnya, diwarnai kemacetan karena dipenuhi aktivitas mengarak Ogoh-ogoh. Sehubungan dengan itu, Kabid Humas mengharapkan para pemakai jalan raya dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjebak kemacetan akibat "demo" ogoh-ogoh yang berlangsung selama lebih dari enam jam itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008