Perbedaan pandangan, pilihan dan aspirasi politik yang terjadi pada proses pemilu, tidak harus diikuti oleh perselisihan atau permusuhan politik
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan pertemuan Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto beberapa waktu lalu merupakan pendidikan politik yang sangat kuat.
"Perbedaan pandangan, pilihan dan aspirasi politik yang terjadi pada proses pemilu, tidak harus diikuti oleh perselisihan atau permusuhan politik," kata Titi saat dimintai ANTARA atas tanggapan pertemuan itu di Jakarta, Senin.
Menurut Titi, pertemuan Jokowi dan Prabowo merupakan peristiwa yang amat penting dalam tatanan demokrasi di Indonesia. Dengan pertemuan itu, merupaka ujian kematangan dalam demokrasi.
"Jika para pihak yang memiliki pandangan politik berbeda, mau mengakui dan menghormati hasil pemilu yang konstitusional yang sudah diputuskan oleh konstitusi yang berwenang," jelas Titi.
Selain itu kata Titi, pesan yang paling substansi dan sederhana dari pertemuan itu ialah siap menang dan siap kalah dan menerima hasil secara legowo, sesuai dengan mekanisme konstitusional yang ada.
"Pesan tambahan antara dua tokoh itu, bahwa pertemuan mereka tidak diikuti oleh politik transaksional kekuasaan atau bagi-bagi kursi," ujar Titi.
Ia mengemukakan tidak ada yang mengetahui secara pasti makna dibelakang dari simbolik pertemuan tersebut. Namun, hal itu bisa lebih baik, jika semua pihak dapat menerima hasil pemilihan yang sah secara konstitusi.
Sebelumnya Joko Widodo naik MRT dengan Prabowo Subianto dari stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus Jakarta Selatan, Sabtu (13/7)
Keduanya bertemu dan berjabatan tangan pada sekitar pukul 10.00 WIB. Prabowo Subianto sudah tiba di stasiun MRT Lebal Bulus pada pukul 09.50 WIB disusul Presiden Joko Widodo pada sekitar pukul 10.00 WIB. Keduanya berpelukan dan melambaikan tangan dan selanjutnya naik ke peron kereta.
Pewarta: Fauzi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019