Jakarta (ANTARA) - Masalah kesehatan masih menjadi momok di Indonesia pada era revolusi industri 4.0, hal itu dibuktikan dengan Data Riset Kesehatan 2018 yang menunjukkan buruknya indikator penyakit degeneratif, seperti obesitas, hipertensi, penyakit ginjal kronik dan kencing manis.
"Tidak kurang dari 21,8 persen proporsi penduduk Indonesia mengalami obesitas, prevalensi kencing manis mencapai dua persen, serta jumlah penderita penyakit ginjal kronik yang mencapai 3,8 per mil pada populasi di atas usia 15 tahun," kata guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Professor Budi Wiweko, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, angka penyakit itu tergolong tinggi bila dibandingkan dengan prevalensi di negara tetangga atau pun negara maju di dunia.
Tidak hanya itu, dampak kebiasaan merokok yang semakin meningkat juga memiliki kontribusi negatif pada masyarakat. "Ibu-ibu hamil mengalami anemia, yang menjadi variabel penting penyebab kematian ibu," ujar Budi.
Pada sisi lain, lanjut dia, penyakit infeksi tuberkulosis dan demam berdarah masih menjadi momok menakutkan dengan tingkat kematian yang cukup tinggi.
Indonesia, sambung dia, merupakan negara peringkat kedua untuk prevalensi tuberkulosis tertinggi di dunia, setelah India.
Meski demikian dia mengatakan masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir, sebab kemajuan teknologi digital, big data, kecerdasan buatan, dan genomik dalam dua dekade terakhir telah membawa semangat serta arus perubahan dalam berbagai bidang termasuk kesehatan.
Survei National Health Services pada 2019 menyatakan kemajuan teknologi yang saat ini memberikan kontribusi lebih 80 persen terhadap layanan maupun tenaga kesehatan adalah kemampuan dalam menganalisis genomik.
Hal itu diikuti oleh penggunaan perangkat telepon pintar, teknologi pengenal suara, penggunaan kecerdasan buatan dalam memprediksi, dan penggunaan perangkat diagnostik cerdas.
Budi ditetapkan sebagai guru besar UI pada usia 46 tahun 10 bulan pada 8 September 2018, yang menjadikannya sebagai guru besar termuda saat dilantik di Indonesia.
Budi merupakan staf pengajar Departemen Obstetri Ginekologi FKUI RS Dr Cipto Mangunkusumo, yang juga menjadi wakil direktur Indonesian Medical Education and Research Institute.
Hasil studi yang disampaikan Wiweko senada dengan pidato "Visi Indonesia" yang disampaikan Jokowi, pada 14 Juli.
Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia telah memasuki lingkungan global yang sangat dinamis, penuh perubahan, penuh kecepatan, penuh risiko, penuh kompleksitas, dan penuh kejutan, yang sering jauh dari kalkulasi kita, sering jauh dari hitungan kita.
Dalam pidatonya, dia menegaskan pembangunan SDM akan menjadi salah satu prioritas pembangunan yang akan menjadi kunci Indonesia ke depan.
"Titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia unggul ke depan. Itu harus dijaga betul. Jangan sampai ada anak tumbuh kerdil, kematian ibu, atau kematian bayi meningkat. Tugas besar kita di situ," kata dia.
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019