Jakarta (ANTARA News) - Kalangan perbankan mengatakan, suku bunga kredit masih sulit turun karena Bank Indonesia (BI) mempertahankan tingkat suku bunga BI Rate delapan persen.
"Bank tetap akan mempertahankan suku bunga kreditnya dengan BI rate delapan persen, susah untuk turun, sedangkan untuk suku bunga tabungan juga tetap," kata Wakil Direktur Utama Bank Internasional Indonesia (BII) Sukatmo Padmosukarso di Jakarta, Kamis.
Meski demikian, menurut dia, BI Rate delapan persen saat ini masih sesuai dengan harapan perbankan karena melihat ancaman dari inflasi yang kemungkinan meningkat.
"Ini merupakan jalan tengah yang harus siambil agar perekonomian tetap stabil," katanya.
Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional Sigit Pramono mengatakan, perbankan untuk sementara waktu tidak akan menurunkan suku bunga kreditnya. "Selain BI Rate, juga karena faktor-faktor lain seperti kondisi perekonomian, keamanan, kehati-hatian bank," katanya.
Namun demikian, penurunan suku bunga kredit masih dimungkinkan. "Ini terutama dipicu oleh persaingan atau kompetisi antara bank dalam melakukan ekpanasi kreditnya," katanya.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), Kamis, memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar delapan persen.
Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Amril Arief, usai RDG, mengatakan, pertimbangan mempertahankan BI-Rate ini untuk pencapaian target inflasi 2008 sekitar plus minus lima persen.
"Dengan mempertimbangkan ekspektasi inflasi yang telah ditargetkan pemerintah maka RDG BI hari ini menetapkan BI Rate tetap," kata Amril.
BI telah mempertahankan suku bunga acuan-nya ini selama tiga bulan berturut-turut sejak RDG yang diselenggarakan pada 6 Desember 2007.
Pada RDG 6 Desember 2007 tersebut, BI memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar sebesar 25 basis poin (bps) dari 8,25 persen menjadi 8 persen.
Namun pada RDG Januari, Februari dan Maret ini, BI memutuskan mempertahankan BI-Rate karena faktor masih tingginya inflasi. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008