Penguatan rupiah didorong sinyal "dovish" The Fed dan kondisi politik domestik yang semakin kondusif
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar-bank di Jakarta pada awal pekan menembus level di bawah Rp14.000 per dolar AS pasca rekonsiliasi Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada Sabtu (13/7).
Pada pukul 9.58 WIB, rupiah menguat 59 poin atau 0,42 persen menjadi Rp13.949 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.008 per dolar AS.
Analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Senin, mengatakan, menguatnya rupiah dipengaruhi faktor eksternal dan juga pertemuan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto pasca berakhirnya pilpres.
"Penguatan rupiah didorong sinyal "dovish" The Fed dan kondisi politik domestik yang semakin kondusif," ujar Rully.
Pekan ini sendiri, lanjut Rully, sentimen dari eksternal terutama Amerika Serikat tidak akan terlalu banyak berpengaruh terhadap nilai tukar karena tidak ada rilis data terbaru.
Menurutnya, pekan ini pergerakan rupiah justru akan dipengaruhi sentimen domestik yaitu pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang ditunggu para pelaku pasar.
"Kami "expect" BI akan "cut" 25 bps jafi 5,75 persen," kata Rully.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp13.970 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.085 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah berpeluang menguat seiring sinyal "dovish" The Fed
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019