Jakarta (ANTARA News) - Depkominfo bersama dengan IGADD (Investor Group Against Digital Divide) --koalisi institusi dan akademisi yang bertujuan mengurangi kesenjangan teknologi-- akan membuat cetak biru (blue print) yang menargetkan 20 persen masyarakat Indonesia memanfaatkan internet berkecepatan tinggi pada 2012."Kita akan membuat `blue print` bersama Depkominfo untuk penetrasi akses `broadband` di Indonesia," kata Direktur Institute for Democratiozation and Sosialisation of Technology The Habibie Center (IDST THC) Ilham Akbar Habibie mewakili IGADD dalam jumpa pers yang didamping Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Muhammad Nuh di kantor Depkominfo Jakarta, Rabu.Pembuatan cetak biru tersebut merupakan salah satu poin kerjsama IGADD dengan Depkominfo yang tertuang dalam nota kesepahaman bersama (MoU) yang ditandangani oleh Menkominfo dengan Ilham Habibie mewakili IGADD pada 6 Februari 2008 silam di Depkominfo. Ilham mengatakan kerjasama tersebut mempunyai target utama meningkatkan penetrasi akses internet pita lebar (broadband) berkecepatan tinggi di Indonesia dari sekitar satu persen menajdi 20 persen pada 2012. Ia menjelaskan upaya yang dilakukan bersama nantinya tidak hanya pada percepatan penetrasi pemakaian internet, tetapi juga terkait dengan tarif akses internet yang lebih terjangkau dan pemerataan akses internet ke daerah rural. Ilham mengatakan IGADD juga ingin agar Indonesia dapat mempromosikan potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)-nya dengan tidak hanya menjadi konsumen akan tetapi juga bisa menjadi produsen produk-produk TIK. "Kita akan membentuk `link and match` dengan investor dari luar negeri untuk produk-produk dalam negeri atau produk yang mempunyai konten lokal tinggi. IGADD akan memfasilitasi untuk mencari peluang itu," kata Direktur IDST THC itu. IGADD, lanjut putra mantan presiden BJ Habibie itu, tidak memperdulikan teknologi telekomunikasi yang digunakan, akan tetapi lebih memfokuskan pada tujuannya yaitu pengembangan infrastruktur dan aplikasi telekomunikasi yang mudah dan dapat mendorong masyarakat untuk maju. Lebih lanjut kerjasama Depkominfo dan IGADD meliputi penyelenggaran riset, seminra dan penulisan laporan yang mempertimbangkan inovasi teknologi, finansial, dan kebijakan publik yang mampu menarik minat investor untuk mendukung tearget 20 persen masyarakat Indonesia pengguna pita lebar pada 2012. IGADD maupun Depkominfo juga berencana melakukan aktivitas promosi atau publikasi yang bertujuan mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia secara keseluruhan, yang diharapkan dapat mendorong kepercayaan investor agar mendukung investasi di bidang telekomunikasi. Sedangkan Menkominfo mendukung apa yang menjadi tujuan dari IGADD karena sesuai dengan tujuan dari departemennya yaitu mewujudkan masyarakat informasi yang sejahtera. Nuh mengatakan pemerintah juga mendukung penggunaan berbagai macam teknologi telekomunikasi yang berkembang di Indonesia dan juga mendukung pengembangan teknologi telekomunikasi dalam negeri seperti Wimax. "Keragaman teknologi telekomunikasi sangat diperlukan, bukan hanya wimax, saja karena penduduk Indonesia sangat banyak," kata Menkominfo. IGADD merupakan sebuah koalisi institusi dan akademisi yaitu IDST The Habibie Center, Institut Teknologi Bandung dan DigitalDivide.org yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia dengan strategi "Meaningful Broadband" Untuk mencapai tujuan itu, ITB sebagai anggota IGADD akan memperkenalkan IGADD ke dunia pendidikan tinggi melalui Forum Rektor yang diselenggarakan pada 18 maret 2008, sedangkan DigitalDivide.org akan membangun situs komunitas interaktif untuk menjaring partisipasi mahasiswa dan alumni Indonesia dalam formulasi IGADD.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008