Banjir yang terjadi setelah hujan deras sejak Jumat siang itu telah merendam pemukiman warga dengan ketinggian air mencapai tiga meter.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kependudukan dan Catatan Sipil Sumbawa Barat, Samsul Kamil, dihubungi dari Mataram Sabtu mengatakan, dampak banjir terparah di alami warga Kecamatan Jereweh dengan 144 rumah di rusak, 33 di antaranya hanyut.
Sementara di tiga desa di Kecamatan Taliwang 16 rumah rusak, lima hanyut, 10 rumah yang umumnya rumah panggung berhasil diselamatkan dengan cara dibongkar dan satu rumah di Desa Telaga Bertong rusak.
Di sejumlah kelurahan lainnya yang ada di Kecamatan Taliwang, ibukota Kabupaten Sumbawa Barat, sebagian warga bersiap mengungsi karena air Brang (Sungai) Rhea mulai menggenangi pemukiman.
"Sejumlah warga Taliwang bersiap-siap untuk mengungsi ke lokasi yang lebih aman untuk mengantisipasi kemungkinan meluapnya Brang Rea dan Brang Ene, sebagian warga mulai mengemasi barang-barang berharga miliknya dan menyimpannya di bagian atas rumah," ujarnya.
Sementara dari Desa Benete di Kecamatan Maluk yang juga dilanda banjir belum ada laporan, demikian juga dari sejumlah desa lain yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brang Rea dan Brang Ene.
Bantuan untuk para korban banjir di dua kecamatan itu sudah berdatangan, terutama dari warga sekitar dan pemerintah setempat yang berupa air mineral dan makanan cepat saji, seperti mi intan.
Sejumlah kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat dikenal sebagai daerah "langganan" banjir karena dilalui sejumlah sungai besar, yakni Brang Rhea dan Brangrea, Kalimantong bermuara di Brang Rhea, sungai yang membelah Kota Taliwang, ibukota Kabupaten Sumbawa Barat.
Pada 2000 (sebelum Sumbawa Barat dimekarkan menjadi kabupaten) pernah dilanda banjir hingga belasan warganya meningal dunia dan ratusan rumah rusak. Kemudian pada 2004 tercatat empat korban meninggal dunia, lalu Desember 2007 seorang dilaporkan hilang.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009