Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Menneg BUMN), Sofyan Djalil, tetap mempertahankan Ari H. Sumarno dan Iin Arifin Takhyan sebagai Direktur Utama (Dirut) dan Wakil Direktur Utama (Wadirut) PT Pertamina (Persero), serta merombak tiga posisi direktur dalam tubuh BUMN migas tersebut. "Sebenarnya pada sebuah perusahaan, pergantian itu jangan terlalu cepat-cepat, sebab kalau gonta-ganti cepat tidak akan bisa bekerja optimal," kata Sofyan Djalil, di Jakarta, Rabu.Namun, menurut dia, peremajaan dan regenerasi dalam sebuah organisasi perusahaan sekelas Pertamina tetap perlu dilakukan dan dinilai sebagai hal yang wajar. Hingga kini tercatat telah sebanyak empat direksi Pertamina diganti dengan rata-rata masa kerja selama dua tahun."Kita terus lihat, kalau kinerja direksi kurang bagus maka kita akan ganti tim agar kinerja lebih baik," katanya.Nama-nama direksi yang lolos dan kemudian dilantik untuk menggantikan direksi lama didapatkan dari hasil usulan komisaris, hasil evaluasi Kementerian Negara BUMN, dan pihak-pihak lain.Sofyan Djalil di hari yang sama juga melantik jajaran direksi baru PT Pertamina (Persero) dan mengangkat tiga direktur baru pada posisi direktur hulu, direktur pengolahan, dan direktur umum dan sumber daya manusia. Melalui surat keputusan nomor KEP-53/MBU/2008 tanggal 5 Maret 2008, Menneg BUMN memberhentikan dengan hormat direksi PT Pertamina (Persero), yaitu Direktur Hulu, Sukusen Soemarinda, Direktur Pengolahan, Suroso Atmomartoyo, serta Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumarsono. Menneg BUMN kemudian mengangkat direksi PT Pertamina yang baru, yaitu Karen Agustiawan yang sebelumnya menjabat sebagai Staf Khusus Direktur Utama Pertamina diangkat menjadi Direktur Hulu, Rukmi Hadi Hartini yang sebelumnya menjabat sebagai Deputi Umum Direktorat Umum Pertamina diangkat menjadi Direktur Pengolahan, dan Waluyo diangkat sebagai Direktur Umum dan SDM.Dengan adanya pergantian direksi tersebut, Sofyan berharap kinerja Pertamina menjadi lebih baik. "Terutama, ada tambahan produksi minyak, 'lifting' minyak meningkat sebab Pertamina ada potensi untuk itu," katanya. Apalagi, di tengah melonjaknya harga minyak dunia yang melambung tinggi sehingga Pertamina semakin diharapkan untuk dapat mengembangkan dan menggarap Blok Natuna Alpha. Selain itu, menurut dia, dengan kenaikan harga minyak tersebut, maka Pertamina harus mampu melakukan efisiensi. "Karena dengan efisiensi misalnya sebesar 10 persen saja dampaknya triliun rupiah, jadi kita berharap direksi Pertamina baru bisa melakukan penghematan," demikian Sofyan Djalil. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008