Jakarta (ANTARA) - Peneliti kualitas udara Prof.Dr.Muhayatun Santoso mengatakan teknik analisis nuklir memiliki sensitivitas dan selektivitas sangat tinggi sehingga mampu mengukur partikel udara sangat kecil dan berbahaya bagi kesehatan manusia.
"Dengan teknik analisis nuklir, kadar yang sangat kecil itu mampu terdeteksi dengan baik," katanya di Jakarta, Minggu.
Dengan menggunakan teknik analisis nuklir tersebut, kata Muhayatun, Badan Tenaga Nuklir (Batan) dapat mengetahui konsentrasi massa partikel di suatu wilayah.
Untuk mengukur partikel paling kecil tersebut dengan teknik analisis nuklir, hal yang ia lakukan adalah mengumpulkan sampel dengan menggunakan dichotomous sampler.
Sampel-sampel partikel di satu wilayah dikumpulkan dalam dua fraksi.
Fraksi pertama adalah partikel yang ukurannya paling kecil sampai dengan 2,5 mikrometer. Partikel-partikel tersebut ia sebut sebagai particulate matter (PM) 2,5 atau fine particulate, partikel yang halus.
Baca juga: BATAN luncurkan aplikasi layanan pengelolaan limbah radioaktif
Selanjutnya fraksi yang kedua adalah partikel berukuran 2,5 mikrometer sampai 10 mikrometer atau disebut coarse particulate, partikel kasar.
Partikel halus atau yang tergolong dalam PM 2,5 itu, menurut dia, merupakan partikel yang paling berbahaya karena ukurannya sangat kecil sehingga dapat menembus organ yang paling dalam.
Partikel halus tersebut, kata dia, lebih banyak diperoleh dari anthropogenic source atau kegiatan yang dilakukan manusia, baik dari kegiatan transportasi, industri dan juga domestik.
Sementara partikel kasar atau coarse particulate adalah partikel yang sebagian besar dihasilkan dari proses natural, seperti angin kencang, gunung meletus dan kejadian alam lainnya.
Dengan teknik pemisahan partikel halus dan kasar dalam teknik analisis nuklir tersebut, selain dapat mengetahui jumlah polutan di udara, Batan juga dapat mengetahui seberapa banyak polutan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia dan berapa persen polutan yang dihasilkan dari proses alam.
Selain itu, teknik analisis nuklir juga dapat mengidentifikasi kandungan satu polutan, apakah lebih banyak berisi silikat, sulfur atau elemen lainnya.
Muhayatun mengatakan Batan teknik analisis nuklir sudah diterapkan di 17 lokasi, yaitu di Jakarta, Tangerang, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Medan, Pekanbaru, Balikpapan, Palangkaraya, di Ambon, Makassar, Manado, Jayapura Mataram, Denpasar dan dua di Surabaya.
Baca juga: Batan berhasil ciptakan teknologi antideteksi radar
Baca juga: BATAN : PNBP pengelolaan limbah radioaktif naik setelah pakai daring
Pewarta: Katriana
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019