Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Rabu pagi, menguat mendekati angka Rp9.050 per dolar AS, karena pelaku pasar kembali memburu rupiah menjelang Bank Sentral AS (The Fed) mengadakan pertemuan membahas penurunan suku bunga Fed Fund. Nilai tukar rupiah menguat menjadi Rp9.069/9.079 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya pada Rp9.085/9.096 per dolar AS atau mengalami kenaikan sebesar 16 poin. Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan berlanjutnya kenaikan rupiah itu sudah diperkirakan sebelumnya menjelang The Fed menurunkan suku bunga acuannya. Apabila penurunan bunga Fed Fund cukup besar, maka rupiah diperkirakan akan bisa berada di bawah angka Rp9.000 per dolar AS, ucapnya. Rupiah, menurut dia, juga mendapat dukungan dengan masuknya investor asing ke pasar domestik menempatkan dananya di berbagai instrumen Bank Indonesia (BI) dalam jumlah besar, mengingat selisih bunga rupiah dan dolar AS cukup besar. "Kami optimis rupiah berpeluang untuk menembus angka Rp9.000 per dolar AS, apabila tidak muncul sentimen negatif pasar sehingga menahan pergerakan mata uang Indonesia itu," katanya. Ia mengatakan, pelaku pasar saat ini juga menunggu data ekonomi AS yang menunjukkan negara Paman Sam itu menuju ke resesi. Karena itu, ke depan minat beli pelaku pasar terhadap rupiah diperkirakan akan semakin besar, apabila data ekonomi AS menunjukkan data-data yang melemah, ujar. Hal ini, lanjut dia, akan menekan dolar AS terus melemah dan terhadap yen diperkirakan akan bisa mencapai angka 100 yen yang saat ini berada pada angka 103,35 yen. Dolar AS terhadap euro juga melemah menjadi 1,5210 dari sebelumnya 1,5230 dan euro terhadap yen menjadi 157,30. Ia mengatakan, penguatan rupiah juga didukung oleh merosotnya harga minyak mentah dunia yang saat ini mencapai 100 dolar AS per barel atau turun 3 persen. (*)
Copyright © ANTARA 2008