Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan saat ini sebagian besar apotek tidak menyediakan obat generik. "Banyak sekali apotek yang tidak ada obat generik, 80 persen apotek tidak menyediakan obat generik. Saya tidak mau lagi ada apotek yang tidak menyediakan obat generik," katanya di Jakarta, Selasa, setelah melantik pejabat eselon I dan II Departemen Kesehatan. Pada kesempatan itu dia juga meminta Direktur Jendral Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang baru, dra. Kustantinah, Apt, M App Sc, untuk menginspeksi ketersediaan obat generik di apotek. "Saya minta supaya disidak. Kalau tidak ada ditanya kenapa, kalau memang karena tidak ada sumber yang menyediakan, pemerintah akan menyediakannya," katanya. Ketua Majelis Kode Etik Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia M Syamsul Arifin pun mengakui bahwa saat ini tidak semua obat generik tersedia di apotek. "Obat generik yang ada di pasaran biasanya sudah ada, tetapi memang belum disediakan secara lengkap," katanya. Hal itu, menurut dia, antara lain terjadi karena belum semua dokter mau menuliskan resep obat generik bagi pasiennya dan masyarakat pun belum sepenuhnya tahu tentang obat generik. "Ini terjadi karena kampanyenya kurang. Padahal apotek tidak mungkin jualan sendiri, produk mereka dijual berdasarkan kampanye," katanya. Arifin menjelaskan pula bahwa saat ini 91 persen obat non-generik dikampanyekan, tetapi hanya tujuh persen hingga sembilan persen obat generik yang dikampanyekan. "Ini timpang memang, dan saya pikir kampanye harus ditingkatkan," katanya serta menambahkan pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk mencanangkan kembali program kampanye penggunaan obat generik. Sebelumnya Arifin juga mengatakan penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan cenderung menurun dalam tujuh tahun terakhir. Menurut dia, meski nilainya setiap tahun bertambah seiring peningkatan pasar obat secara keseluruhan namun persentase kontribusi pasar obat generik terhadap total pasar obat justru cenderung menurun. Tahun 2001 kontribusi pasar obat generik 12 persen dari total pasar obat yang kala itu nilainya Rp12,85 triliun. Selanjutnya persentase kontribusi pasar obat generik setiap tahun turun dan pada 2007 hanya sekitar 7,23 persen dari total pasar obat yang nilainya diperkirakan Rp24,827 triliun. Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Fachmi Idris pun mengatakan pemasyarakatan penggunaan obat generik belum berdampak nyata terhadap peningkatan penggunaan obat generik. "Belakangan ini pamor obat generik terkesan menurun. Unit pelayanan pemerintah tak lagi antusias menggunakan obat generik, apotek tidak menyediakan obat generik secara lengkap, beberapa praktisi medis juga menilai beberapa jenis obat generik kurang efektif," katanya. Menurut Arifin, penurunan itu tidak terjadi karena harga obat generik dari tahun ke tahun semakin murah. "Harga murah tidak bisa menjamin penjualan dan ketersediaan obat generik karena permintaannya ditentukan oleh penulis resep, bukan oleh pasien," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008