Washington, (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice membela Israel, Jumat, meski korban sipil berjatuhan di Gaza.

"Sangat sulit dalam keadaan seperti di Gaza, yang sangat padat penduduk, " kata Rice kepada wartawan ketika ditanya apakah Israel bisa berbuat sesuai kewajiban perikemanusiaannya dalam serangan ke Gaza.

"Saya juga catat bahwa di daerah itu anggota HAMAS melakukan aksi seperti perisai manusia serta menyembunyikan pejuangnya di bangunan yang tidak ditujukan sebagai bangunan militer. Jadi memang Sulit, "kata Rice seperti dikutip Reuters.

Dia mengemukakan setelah berbicara banyak dengan Perdana Menteri Ehud Olmert, Israel akhirnya mau membuka lagi koridor kemanusiaan.

Rice saat berkomentar tentang sikap negaranya yang abstain dalam pemungutan suara di DK PBB, antara lain mengatakan putusan mereka itu untuk menghindarkan Israel berada dalam pijakan yang setara dengan "organisasi teroris".

Pada jumpa pers hari Jumat, juru bicara Deplu AS, Sean McCormack diminta untuk berkomentar tentang tuduhan banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menyebut Israel melanggar hukum kemanusiaan internasional.

"Saya tidak dapat memberikan penilaian penuh atas tuduhan-tuduhan itu. Para pemimpin Israel sudah membuat pernyataan. Saya tidak dalam posisi untuk membantah apa yang mereka telah ... katakan, "kata McCormack.

Sebelumnya, Juru bicara Gedung Putih Scott Stanzel menuding HAMAS atas terjadinya penderitaan itu. Dia mengatakan Israel tidak punya pilihan kecuali mempertahankan diri karena HAMAS membuat gencatan senjata yang sudah berlangsung enam bulan kadaluarsa dan makin banyak menembakkan roket ke Israel.

"Kami menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi dengan hilangya nyawa yang tak berdosa. Namun, kembali, masalah ini, sayangnya didatangkan oleh HAMAS," kata Stanzel.

Dia juga menambahkan "Israel mengambil semua langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah jatuhnya korban yang tak berdosa."

Di sisi lain, Perdana Menteri Belgia Herman Van Rompuy menuntut penyelidikan independen atas semakin banyaknya korban di Gaza.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009