Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antar-bank Jakarta pada sesi Selasa sore menguat delapan poin menjadi 9.087/9.090 per dolar Amerika Serikat (AS), dibanding penutupan hari sebelumnya 9.095/9.107 per dolar AS, karena mata uang asing itu di pasar regional melemah. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan, pelaku pasar berspekulasi membeli rupiah, setelah Badan Pusat Statistik menyatakan laju inflasi Februari lebih rendah dari sebelumnya. Namun, kenaikan rupiah relatif kecil, karena pelaku masih menunggu pertemuan Bank Sentral AS (The US Federal Reserve/The Fed) yang berencana menurunkan suku bunga Fed fund, katanya. Rupiah, lanjut dia, pada hari berikutnya kemungkinan akan tetap bergerak naik, karena sentimen positif terus terjadi menjelang suku bunga Fed fund turun. Selain itu, kekhawatiran atas resesi yang terjadi di AS juga memicu pelaku asing melepas dolar AS yang memicu rupiah kembali menguat, ucapnya. Menurut dia, rupiah sejak awal pasar dibuka berada dalam kisaran yang sempit, karena spekulasi beli masih belum banyak, namun menjelang akhir penutupan aksi beli mulai terlihat. Namun, kenaikan rupiah tidak besar, masih di bawah angka 10 poin karena dukungan pasar masih belum kuat, ucapnya. Laju inflasi Februari yang lebih rendah dari bulan lalu menurut dia, hanya membantu pergerakannya agar tidak tertekan oleh pasar, karena pasar masih memfokuskan perhatian terhadap kenaikan harga minyak mentah dunia yang masih di atas angka 100 dolar AS per barel (102,52 dolar AS per barel). Inflasi yang berlangsung baru dua bulan itu menimbulkan kekhawatiran, karena dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 6,5 persen tahun ini saat ini sudah mendekati angka 2,5 persen, katanya. Ia mengatakan, rupiah tetap berpeluang untuk menguat, apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya yang diperkirakan sebesar 75 basis poin menjadi 2,25 persen dari sebelumnya 3 persen. Besarnya penurunan bunga Fed fund itu akan memicu rupiah bisa menembus angka 9.000 per dolar AS, ucapnya. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008