Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arcandra Tahar mengatakan meski penyebab terbesar defisit neraca perdagangan Indonesia (NDI) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) salah satunya karena defisit ekspor minyak dan gas bumi (migas), dia menyarankan untuk melihat NDI secara holistik.
"Nah, ini sedang kami sarankan. Melihatnya jangan sektoral lagi. Harus holistik melihat neraca ini," kata Arcandra dalam pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan pejabat struktural di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat.
Ia menyontohkan dari sisi gas bumi yang bukan lagi diekspor mentah dalam bentuk gas alam cair (Liquefied Natural Gas/ LNG), namun diolah dulu di dalam negeri sebelum diekspor.
Dia mengatakan gas kini digunakan untuk penggerak ekonomi produksi dalam negeri, sebagai faktor produksi baik petrochemical, pupuk, juga kelistrikan.
"Dulu gas itu hanya LNG. Sekarang berubah jadi sarung tangan, berubah jadi kaca, berubah jadi plastik, polyethylene (Pe) dan polypropylene (Pp)," ujar Arcandra.
Arcandra mengatakan kalau ekspor gas mentah tidak dilakukan, maka sektor migas menjadi defisit. Tetapi kalau hasil dari berubahnya gas menjadi petrochemical tadi, baik pupuk, dan lain-lain, diekspor, kategorinya masuk ke sektor non migas. Akibatnya ekspor sektor non migas menjadi surplus.
"Kalau gas itu digunakan untuk industri dalam negeri kan bagus, tapi akibatnya ekspor migas kita semakin turun. Tapi non migas pasti semakin naik, karena gas berubah jadi pupuk dan lain-lain," ujar Arcandra.
Baca juga: Neraca perdagangan Indonesia 2017 surplus 11,84 miliar dolar
Baca juga: Sri Mulyani: Perbaikan neraca perdagangan harus jadi kerja tim
Baca juga: Presiden minta menteri hati-hati terhadap defisit neraca perdagangan
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019