kami melihat dari emisinya pengalihan bahan bakar gas ke listrik itu sangat luar biasaJakarta (ANTARA) - Penerapan bus Transjakarta dengan menggunakan energi listrik hingga kini masih terkendala regulasi antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan pemerintah pusat.
"Memang yang kita perhatikan terkait regulasi itu sebenarnya, karena kebijakan bus listrik itu tidak hanya di DKI tapi kita juga membutuhkan kebijakan dari pemerintah pusat," kata Kasi penanggulangan pencemaran lingkungan hidup Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI, Agung Pujo Winarko, di Jakarta, Jumat.
Padahal, kata dia, ketiga vendor yang bekerja sama terkait bus listrik tersebut sudah siap namun belum bisa berbuat maksimal karena masih menunggu regulasi atau kebijakan dari pemerintah.
Ke depannya, bus yang ada di Jakarta dan masih menggunakan bahan bakar solar atau gas serta telah berusia delapan hingga 10 tahun akan diganti menggunakan bus berbahan bakar listrik.
"Jadi bus itu ada masa ekonomisnya, misalkan masa ekonomisnya delapan tahun dan telah berakhir, maka kita ganti menggunakan bus listrik," katanya.
Terkait penyediaan sumber energi, pemerintah telah berkoordinasi dengan perusahaan listrik negara (PLN) untuk menyuplai kebutuhan. Hingga kini sudah ada tiga bus listrik sedang uji coba.
Ketiga bus bertenaga listrik tersebut dapat dijumpai di kawasan Monas, Ragunan dan Taman Mini.
Secara umum rencana penerapan bus listrik dilakukan untuk menekan atau mengurangi persoalan polusi di ibu kota.
"Kami perhatiannya di lingkungan, jadi kami melihat dari emisinya pengalihan bahan bakar gas ke listrik itu sangat luar biasa," ujarnya.
Sebelumnya, Perseroan Terbatas Transjakarta menunggu langkah Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI terkait dengan peraturan yang masih mengganjal beroperasinya bus listrik.
"Peraturan masih dibahas dengan Pemprov DKI untuk peraturan gubernur, jadi sudah dalam pembahasan, di tingkat nasional masih menunggu peraturan presiden," kata Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono.
Salah satu ganjalan dalam pengoperasian bus listrik adalah keberadaan STNK. Pada STNK dicantumkan besaran cc dari suatu kendaraan. Namun, karena bus listrik tidak menggunakan bahan bakar, besaran cc tersebut belum bisa dicantumkan.
Baca juga: Bus Transjakarta disiapkan angkut pencari suaka Kebon Sirih
Baca juga: Dua pabrikan mobil listrik China berminat relokasi ke Indonesia
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019