Jakarta (ANTARA News) - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) merencanakan pembangunan tiga terminal penerima gas alam cair (liqufied natural gas/LNG) senilai 1,782 miliar dolar AS. Dirut PGN Sutikno dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin malam, mengatakan ketiga terminal tersebut akan dibangun di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Medan, Sumatera Utara. "Terminal ini akan memenuhi permintaan gas yang akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang," katanya. Menurut dia, saat ini, permintaan gas di Jabar mencapai 1.112 MMSCD. Namun, pasokan gas pada 2011 diperkirakan tinggal 731 MMCFD dan akan habis pada 2024. Terminal LNG di Jabar direncanakan penyelesaiannya dalam tiga tahap yakni pada 2012 dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun atau 200 MMSCFD, 2018 1,5 juta ton per tahun, dan 2024 tiga juta ton per tahun (400 MMSCFD). "Kami akan bekerja sama dengan PLN dan juga melibatkan produsen gas," katanya. Di wilayah Jatim, permintaan gas saat ini mencapai 400 MMSCFD. Sementara, pasokan gas pada 2007 hanya mencapai 170 MMSCFD dan cadangan gas akan habis 2014. Pembangunan terminal LNG di Jatim akan dilakukan dua tahap yakni 2011 berkapasitas 1,5 juta ton per tahun dan 2017 juga 1,5 juta ton per tahun. Sedangkan di Medan, permintaan gas akan mencapai 250 MMSFD pada 2010, namun cadangan gas habis tahun 2011. Terminal LNG di wilayah tersebut direncanakan satu tahap dan akan selesai pada 2011 dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun. "Namun, terminal di Medan ini tidak akan dibangun, kalau proyek pipa transmisi Duri-Dumai-Medan jadi terealisasi," katanya. Sutikno melanjutkan, biaya masing-masing terminal adalah di Jatim 574 juta dolar AS dengan kapasitas tiga juta ton per tahun, Medan 446 juta dolar AS berkapasitas 1,5 juta ton per tahun, dan Jabar 650 juta dolar AS dengan tiga juta ton per tahun. Biaya tersebut masih ditambah investasi pengembangan jaringan distribusi sebesar 112 juta dolar AS, sehingga totalnya 1,782 miliar dolar AS. Sumber pendanaan berasal dari internal PGN dan pinjaman luar negeri. "Kami perhitungkan pengembalian biaya investasi selama tujuh tahun," katanya. Sutikno menambahkan, studi kelayakan proyek sudah dimulai kuartal kedua 2007 dan dijadwalkan selesai kuartal kedua 2008, serta studi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) dilakukan kuartal ketiga 2008. Selanjutnya, pelaksanaan konstruksi dijadwalkan berlangsung kuartal keempat 2008 sampai 2011 dan kontrak operasi dan pemeliharaan pada kuartal keempat 2011 hingga 2016.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008