Dili (ANTARA News) - Tujuh tentara pembangkang, yang diburu berkaitan dengan serangan bulan lalu atas pemimpin Timor Leste, menyerah, kata perdana menteri Xanana Gusmao di Dili pada Senin. Tapi, Gusmao menyatakan Gastao Salsinha, tangan kanan Mayor Alfredo Reinado, pemimpin kelompok itu, yang melancarkan serangan tersebut, belum menyerah. "Ya, itu kenyatannya," katanya kepada wartawan saat ditanya apakah tujuh pemberontak menyerah pada Senin. "Salsinha belum menyerah," tambahnya seperti dikutip AFP. Reinado dan salah satu anak buahnya tewas saat sekelompok orang bersenjata menyerang kediaman presiden Jose Ramos-Horta pada 11 Februari, yang meluka-parahi kepala negara itu. Ramos-Horta membaik di rumahsakit di Darwin, Australia, menyatakan memaafkan pembunuhnya. Pada Sabtu, satu dari banyak pembantu Reinado, Amaro da Silva Susar, menyerah kepada pemerintah. Yang berwenang mengeluarkan 23 perintah penangkapan atas tentara pembangkang, yang dituduh terlibat dalam serangan itu, yang mencakup serangan terhadap Xanana, yang lolos tanpa cedera. Gerakan menangkap tentara pembangkang itu dilancarkan pasukan gabungan tentara dan polisi Timor Timur. Penjaga perdamaian asing pimpinan Australia, bersama pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, membantu pencarian tersebut. Ramos-Horta, penerima Nobel Perdamaian, dikabarkan berhasil menjalani lima pembedahan untuk memulihkan kerusakan akibat luka tembak di punggung dan dadanya. Pasukan asing semula dikirim ke Timor Timur atas permintaan pemerintah sesudah kerusuhan pada 2006 berkobar di kalangan unsur tentara dan polisi, yang memicu kekerasan berdarah jalanan dan menewaskan 37 orang. Pemerintah Timor Timur meminta pemangku jabatan presiden memperpanjang 30 hari keadaan darurat, yang dipicu serangan terhadap dua pemimpin tertinggi negara itu, kata pernyataan pemerintah tengah Februari. "Dewan Menteri memutuskan meminta pemangku jabatan presiden republik ini memperpanjang keadaan darurat dengan 30 hari lagi," katanya tanpa menyebutkan alasannya. Keadaan darurat itu semula diberlakukan akibat percobaan pembunuhan atas Presiden Jose Ramos-Horta dan Perdana Menteri Xanana Gusmao pada 11 Februari. Aturan itu diperpanjang dua hari kemudian untuk 10 hari dan keadaan darurat saat ini akan berahir pada 23 Februari. Dalam keadaan darurat, jam malam diberlakukan dan perkumpulan serta unjukrasa dilarang. Ketakutan awal akan kerusuhan oleh pendukung muda Reinado tak terbukti, tapi perburuan oleh tentara asing serta polisi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan polisi negara atas 17 pemberontak, yang dituduh terlibat dalam serangan itu, berlangsung. Kepolisian Timor Timur menahan lebih dari 200 orang pelanggar undang-undang darurat itu, kata polisi di Dili pada Senin. Pasukan polisi bersama pasukan asing dan angkatan bersenjata Timor Timur melancarkan gerakan terhadap pemberontak, yang diyakini terlibat dalam upaya pembunuhan pada pekan sebelumnya itu. Mateus Fernandes, komandan gerakan kepolisian, mengatakan kepada kantor berita Inggris Reuters bahwa 200 orang ditahan akibat melanggar jam malam, termasuk tentara sedang mengendarai mobil dan motor pada malam hari. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008