Tokyo (ANTARA News) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mendesak Jepang segera merealisasi kerjasama ekonomi EPA (Economic Partnership Agreement), guna membuktikan komitmen yang telah sama-sama disepakati kedua negara pada Agustus 2007. Ketua Umum Kadin Mohamad S Hidayat mengemukakan hal itu di Tokyo, Senin, usai bertemu dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, Akira Amari. Rombongan kadin yang beranggotakan sepuluh orang berada di Jepang untuk menindaklanjuti perkembangan perjanjian EPA, mengingat sudah tujuh bulan perjanjian tersebut ditandatangani, namun belum terlihat upaya samasekali dari Jepang untuk mengimplementasikannya. "Secara umum kita membicarakan perkembangan EPA, sudah sejauh mana progresnya. Jepang ternyata masih memerlukan ratifikasi dari parlemennya, Diet, baru perjanjian itu bisa segera direalisasikan," kata Hidayat lagi. Ketika ditanya kapan waktu ratifikasi bisa dilakukan, Hidayat mengatakan, belum bisa dipastikan karena dari keterangan menteri Jepang, saat ini masih dalam daftar tunggu. Hidayat juga tidak menjelaskan apakah masuk dalam prioritas tahun 2008 apa tidak. Pertemuan yang direncanakan selama 25 menit itu akhirnya molor menjadi satu jam, karena rombongan Kadin dan pihak kementrian METI (Ministry of Economy, Trade and Industry) juga membicarakan lebih lanjut soal sektor-sektor yang sudah siap dan misi ekonomi dengan ASEAN. "Kita juga membicarakan sektor-sektor yang bagi Indonesia sendiri cukup siap, yaitu, otomotif, energi dan pertambangan, serta perdagangan, termasuk produk-produk pertanian," katanya. Sementara itu, Ketua Komisi Pengembangan Kapasitas Teknologi Kadin Gunadi Sindhuwinata mengatakan, perlunya implementasi EPA segera dilaksanakan karena untuk mencegah hilangnya momentum kerjasama ini, apalagi jika melihat sejumlah sektor yang sudah siap dan 50 tahun hubungan persahabatan Indonesia-Jepang. "Dengan direalisasikannya kerjasama EPA, maka akan mendorong sektor ekonomi kedua negara serta terjadinya peningkatan investasi. Ini tentu saja menguntungkan kedua belah pihak," kata Dirut PT Indomobil itu. Ia pun mencontohkan sektor otomotif yang dinilai paling siap, terlebih dengan posisi Indonesia sebagai basis produk ekspor otomotif, maka tidak saja menguntungkan Indonesia, tetapi juga Jepang. Ekspor otomotif Indonesia, yang merupakan kendaraan-kendaraan Jepang, kini telah memiliki tujuan ekspor ke 62 negara. "Jika EPA terealisir, bisa dibayangkan nilai tambahnya bagi kedua negara. Saat ini saja local contentnya` kendaraan di Indonesia sudah mencapai 75 persen, sementara ekspor kendaraan di kalangan negara ASEAN masih 40 persen," ujar Sindhuwinata. Selain bertemu dengan jajaran METI, rombongan Kadin juga akan mengadakan dialog dengan Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Japan External Trade Organization (JETRO), sejumlah perusahaan infrastruktur Jepang serta kegiatan seminar ekonomi. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008