Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia hingga kini masih menunggu keputusan pemerintah Rusia untuk mencairkan kredit negara (state credit) senilai satu miliar dolar AS untuk modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI. "Perubahan pemerintahan yang terjadi di Rusia sangat berpengaruh terhadap keputusan dan kesepakatan tentang kredit negara yang ditawarkan untuk Indonesia," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono di Jakarta, Senin. Ditemui di sela-sela Rapat Kerja dengan Komisi I DPR, ia mengatakan perubahan iklim politik di Negeri Beruang Merah itu berpengaruh terhadap kesepakatan antara Departemen Keuangan, Departemen Pertahanan dan produsen Rosoboronexport terhadap pencairan kredit negara tersebut. "Kita masih menunggu kesepakatan mereka," ujarnya. Pada kesempatan yang sama, Menhan mengatakan Pemerintah Indonesia dan Rusia hingga kini masih berbeda persepsi soal alokasi kredit negara (state credit) itu kepada Indonesia untuk program modernisasi alutsista TNI. "Hingga kini pembahasan mengenai pencairan kredit negara itu masih terus dilakukan, baik di internal Rusia maupun antara departemen keuangan masing-masing negara," ungkapnya. Menhan mengemukakan, Indonesia menganggap kredit negara Rusia senilai satu miliar dolar itu merupakan salah satu bentuk alternatif pembiayaan luar negeri bagi pengadaan alutsista TNI. Namun, tambah Juwono, Rusia menilai kredit negara itu hanya berlaku untuk untuk proses pengadaan senjata di dalam negeri Rusia. Pada kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada November 2006 ke Negeri Beruang Merah, kedua negara menyepakati 12 kesepakatan kerja sama kedua negara termasuk kerja sama pertahanan dalam bentuk pemberian kredit negara Rusia senilai satu miliar dolar AS. Pengucuran kredit itu akan dipergunakan untuk mendukung modernisasi persenjataan TNI selama jangka waktu 2006-2010 yang akan diberikan secara bertahap.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008