Paris (ANTARA News) - Marion Cotillard, aktris Prancis yang meraih Piala Oscar untuk kategori aktris terbaik di Hollywood pada pekan lalu, mengakui kalau dirinya meragukan versi resmi serangan 11 September di AS. "Saya kira kita dibohongi dalam banyak hal," katanya dalam sebuah acara televisi yang pertama kali disiarkan tahun lalu yang kemudian muncul kembali di Internet. Cotillard, yang menyabet penghargaan itu berkat aktingnya sebagai penyanyi Edith Piaf dalam film Prancis yang bertajuk "La Vie en Rose", menyebut serangan di New York dan Washington pada 2002 sebagai satu contoh, sambil menambahkan: "Saya cenderung mempercayai teori konspirasi tersebut." Dia tak dapat dihubungi, Minggu, namun pengacaranya, Vincent Toledano, mengemukakan kepada AFP aktris itu "tak pernah bermaksud menyanggah atau mempermasalahkan serangan 11 September 2001, dan menyesalkan pernyataannya yang sudah lama sekali telah keluar dari konteksnya." Dalam video itu, wargakota Paris berusia 32 ini memperbincangkan tentang menonton berbagai film di Internet yang menolak versi resmi serangan 11 September, dengan menyatakan "film itu menarik dan bahkan membuat ingin terus menonton". Dia meneruskan: "Apakah orang betul berjalan di Bulan? Bagi saya, saya telah menyaksikan beberapa film dokumenter mengenai hal itu. Tentu saja saya tak percaya begitu saja atas apa yang dikatakan orang pada saya." Menurut para pendukung teori konspirasi, beberapa individual di pemerintahan AS mengetahui akan adanya serangan tersebut dan mereka menolak bertindak dan serangan itu merupakan operasi yang dilakukan para pejabat tingkat tinggi di pemerintahan AS. Motifnya adalah memanfaatkan serangan ini sebagai alasan untuk membenarkan perang di luar negeri, memfasilitasi peningkatan belanja militer dan membatasi kebebasan sipil di dalam negeri. Webster Tarpley, dalam bukunya yang bertajuk "9/11 Synthetic Terror, Made in USA", menulis serangan-serangan yang terjadi pada hari itu merupakan contoh dari aksi terorisme yang didanai pemerintah, dirancang oleh elemen-elemen CIA untuk "memulai perang peradaban" lewat cara mengibarkan bendera terorisme. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008