Jakarta (ANTARA News) - PT UBS Securities Indonesia (UBS) memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga akhir 2008 akan mencapai level 3.050, sekalipun kondisi pasar global sangat fluktuatif. Head Research UBS Securities Indonesia, Joshua Tanja, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, mengatakan tren kenaikan IHSG didorong sektor pertambangan dan perkebunan yang menjadi primadona pelaku pasar tahun ini. Selain itu, turunnya tarif interkoneksi para pelaku operator telekomunikasi akan mendorong harga saham sektor telekomunikasi. Turunnya tarif interkoneksi justru akan mendorong naiknya volume pemakaian telepon dan dan hal tersebut akan menyehatkan sektor telekomunikasi. Joshua juga menyebutkan saham sektor konstruksi dan beberapa saham properti tertentu juga akan menyokong laju IHSG. "Laporan penjualan semen Januari yang naik dan diperkirakan hingga akhir 2008 akan menjadi indikasi bagusnya sektor properti," tambahnya. Kenaikan IHSG ini juga didorong optimisme analis UBS ini terhadap perkiraan pertumbuhan perekonomian Indonesia minimal sebesar 5,8 persen pada 2008. Kombinasi dari tingkat konsumsi dalam negeri yang kuat, tingginya harga berbagai komoditas, berbagai infrastruktur besar, tingkat inflasi yang sehat serta tingkat suku bunga yang stabil akan mendorong pertumbuhan perekonomian minimal 5,8 persen, tegasnya. Walaupun perekonomian global yang tidak menentu akibat krisis "subprime mortgage" di AS, namun Joshua tetap optimis akan pertumbuhan perekonomian Indonesia dan pasar saham Indonesia masih tetap menarik. Sementara Presiden Direktur dan Head of Indonesia Equities UBS Sarah-Jane WAGG, dalam kesempatan yang sama, mengatakan, pasar Indonesia masih menarik bagi investor asing. "Pertumbuhan Indonesia dapat dengan jelas dilihat dari semakin meningkatnya kapitalisasi, volume perdagangan harian di BEI, yang saat ini telah mencapai setengah miliar dolar AS. Jumlah ini akan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai tempat tujuan investasi bagi para investor global," kata Sarah-Jane. Untuk itu UBS kembali mengadakan Konferensi Indonesia yang mempertemukan 70 perusahaan Indonesia (publik dan non publik) dengan 150 investor institusional dari Australia, Eropa dan AS. Dalam konferensi ini, kata Sarah-Jane, dijadikan tempat klien-klien global UBS serta penanam modal langsung untuk mendapatkan kajian mengenai berbagai industri, serta gambaran politik dan perekonomian Indonesia. Selain itu juga memberikan kesempatan para investor asing mendapat penjelasan dari para direksi beberapa perusahaan di Indonesia melalui pertemuan dan kunjungan langsung ke perusahaannya. President Commissioner Chairman, UBS Invesment Bank Indonesia Jonathan Chang, mengatakan, pasar Indonesia masih menarik bagi investor asing. "Tingginya konsumsi dan tidak terlalu tergantungnya perekonomian Indonesia dari luar masih menjadi daya tarik investor asing," jelas Chang. (*)

Copyright © ANTARA 2008