Kuala Lumpur (ANTARA News) - Gaya hidup sebagian tenaga kerja Indonesia (TKI) bergaya metal, rambut panjang, ada yang berwarna-warni, badan kekar, dan memakai kaos bertuliskan nama geng atau paguyuban "Hantu Barong" menjadi laporan utama Harian Metro Malaysia. Harian Metro, Senin, menurunkan cover depan berjudul Samseng (preman) "Black Metal" Warga Asing : Hantu Barong" yang menceritakan tentang gaya hidup para TKI di ujung Minggu berkumpul bersama di kawasan Kota Raya dan Pasar Seni, Kuala Lumpur. Mencemaskan jika beberapa kawasan Kuala Lumpur kini "dijajah" banyak orang berbadan kekar dan geng black metal warga Indonesia yang dikenal sebagai "Hantu Barong" yang gemar berkelahi dan sanggup melukai siapa saja hanya karena cemburu dan berebut wanita. Seorang pekerja asing asal Aceh, Rahman Harsono, 33 tahun, diwawancarai dan mengatakan, geng itu mudah dikenali karena senang tampil seperti fans fanatik lagu-lagu black metal atau rock, berkaos hitam dan rambutnya panjang. Ada yang bercat kuning, orange, atau merah. "Malah geng baju hitam ini kerap tampil mengikuti gaya pendekar di Pulau Jawa yang senang memakai baju hitam, rambut panjang yang diikat rapi ke belakang, berjeans lusuh dan pakaian ketat untuk menunjukkan badan yang tegap dan kekar," kata Rahman. Geng-geng ini tidak takut berkelahi dengan kumpulan pekerja Aceh, Flores, atau warga Myanmar dan Bangladesh. Beberapa minggu lalu, TKI asal Jawa berkelahi dengan TKI asal Aceh di kawasan Kota Raya dan Pudu Raya. Perkelahian yang tidak jelas ujung pangkalnya itu telah mengakibatkan lima orang masuk rumah sakit karena luka parah, kemudian satu orang meninggal dunia, dan lima orang ditahan polisi Kuala Lumpur. Belum lama ini, antar paguyuban TKI asal Jawa juga berkelahi di Shah Alam, Selangor, yakni antara paguyuban Ronggolawe asal Tuban, Garong asal Bojonegoro, Ugal asal Lamongan, dan Langgeng asal Tulungagung dan Lampung. Ketua Paguyuban Solidaritas Masyarakat Jawa (Pasomaja) Machrodji Maghfur mengakui, banyak paguyuban TKI tumbuh akibat kurangnya pembinaan dan kurang berjalannya organisasi masyarakat Indonesia di Malaysia. "Saya pernah kumpulkan 10 paguyuban TKI asal Jatim di Malaysia membacakan deklarasi perdamaian bersama di antaranya adalah Paguyuban Warog Sejati yang menampung TKI asal Ponorogo, Angling Dharma paguyuban TKI asal Jombang, Ronggo Lawe asal Tuban, Joko Samudro asal Lamongan, Arema asal Malang, Alkatras asal Lamongan, Sekar Taji, Ashter, Satu Hati, dan Ligas," katanya. Seorang akademisi kriminal Malaysia, Kamal Effendi Hashim, mengatakan adanya kumpulan geng preman ini dinilai merupakan ancaman keselamatan kerajaan Malaysia, apalagi keberadaannya telah merajalela dan membuat kekacauan. (*)
Copyright © ANTARA 2008