Seoul (ANTARA) - Harga minyak naik di pasar Asia pada Jumat pagi, karena produsen minyak Amerika Serikat di Teluk Meksiko memangkas lebih dari setengah produksi mereka dalam menghadapi badai tropis dan ketegangan politik di Timur Tengah.
Minyak mentah berjangka Brent naik 37 sen atau 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 66,89 dolar AS per barel pada pukul 01.15 GMT (08.15 WIB). Acuan internasional ditutup turun 0,7 persen pada Kamis (11/7/2019) setelah mencapai tertinggi sejak 30 Mei di 67,52 dolar AS per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 34 sen atau 0,6 persen menjadi 60,54 dolar AS per barel. Patokan AS ditutup 0,38 persen lebih rendah pada perdagangan Kamis (11/7/2019) setelah menandai tertinggi sejak 23 Mei, di 60,94 dolar AS.
Pada Kamis (11/7/2019), perusahaan-perusahaan minyak di Teluk Meksiko telah memangkas produksi lebih dari satu juta barel per hari (bph), atau 53 persen dari produksi di kawasan itu, karena badai tropis Barry.
Badai itu diperkirakan akan menjadi badai kategori satu dengan kecepatan angin setidaknya 74 mil per jam (119 km per jam).
"Minyak mentah Brent ... memperpanjang kenaikannya saat badai di Teluk Meksiko menghentikan produksi minyak dan persediaan minyak AS terus surut lebih dari yang diharapkan," kata ANZ Bank dalam catatannya.
Persediaan minyak mentah AS telah menurun selama empat minggu berturut-turut. Stok minyak mentah AS turun 9,5 juta barel dalam sepekan hingga 5 Juli. Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan, penurunan mencapai lebih dari tiga kali lipat dari penarikan 3,1 juta barel yang diperkirakan oleh para analis.
Sementara itu, dugaan upaya Iran untuk menghalangi sebuah kapal tanker milik Inggris meningkatkan ketegangan di Timur Tengah setelah serangan terhadap tanker dan jatuhnya pesawat tak berawak AS oleh Iran pada Juni.
"Sementara konflik militer skala penuh tetap menjadi skenario yang paling tidak mungkin, kenaikan kuat untuk biaya asuransi akan membuat transportasi minyak mentah yang paling mahal dan melihat rute-rute baru dieksplorasi, menunda kedatangan minyak mentah," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
Tetapi prospek permintaan minyak 2020 yang lebih rendah dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menjaga kenaikan harga. OPEC mengatakan dunia akan membutuhkan 29,27 juta barel per hari minyak mentah dari 14 anggotanya pada 2020, turun 1,34 juta barel per hari tahun ini.
Baca juga: Harga minyak AS capai tertinggi sejak Mei di perdagangan Asia
Baca juga: Harga minyak naik lebih dari satu persen di Asia
Baca juga: Kekhawatiran prospek ekonomi lemahkan harga minyak di Asia
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019