Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk Indonesia, Maizar Rahman, menilai kenaikan harga minyak dunia yang dalam beberapa hari terakhir ini berada di kisaran 100 dolar AS per barel lebih banyak disebabkan psikologi pasar. "Investor keuangan melihat kecemasan kemungkinan berkurangnya pasokan minyak, sebagai peluang membeli 'minyak kertas' lebih banyak," katanya di Jakarta, Senin. Menurut dia, kecemasan tersebut disebabkan terganggunya produksi Nigeria, pertikaian Venezuela dan ExxonMobil, dan kemungkinan OPEC memutuskan pemangkasan produksi minyaknya pada sidang awal Maret ini. Faktor-faktor tersebut, ditambah lagi dengan pelemahan dolar AS dan penurunan suku bunga bank, membuat minyak menjadi tempat pelarian dana investasi. "Akibatnya, harga minyak di pasar berjangka melonjak," katanya. Menurut dia, karena hanya psikologi pasar, kalau pasokan minyak ditambah lagi, maka harga bisa turun drastis. Karenanya, Maizar memperkirakan, OPEC kemungkinan tetap pada tingkat produksi seperti sekarang. Ia melanjutkan, saat ini, pasokan OPEC berimbang dengan permintaannya. "Walau ekonomi AS melemah, namun permintaan minyak China dan India tetap kuat, sehingga permintaan dunia tidak berkurang banyak," katanya. Maizar juga memprediksi harga minyak tahun 2008 akan berkisar 80-90 dolar AS per barel. "Harga tidak mungkin di atas 100 dolar AS per barel, karena harga tinggi akan menurunkan konsumsi," ujarnya. Ditambahkannya, harga minyak Indonesia yang direncanakan 83 dolar AS per barel dalam RAPBN Perubahan 2008 sudah cukup realistis. Namun demikian, Maizar memperkirakan pada kuartal kedua 2008, pasokan minyak dunia kemungkinan akan melebihi permintaan. Sebab, pasokan OPEC diperkirakan tetap 32 juta barel per hari, sementara permintaan dunia turun 1,5 juta barel per hari. (*)

Copyright © ANTARA 2008