Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu sore menguat seiring harapan pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada akhir bulan ini pasca testimoni Gubernur The Fed Jerome Powell.
Rupiah menguat 65 poin atau 0,46 persen menjadi Rp14.067 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.132 per dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis, mengatakan, penguatan rupiah dipengaruhi sinyal kuat bahwa The Fed akan memangkas suku bunganya.
"Langkah The Fed itu sejalan dengan janji Powell bahwa The Fed akan bertindak sesuai dalam merespons dinamika perekonomian Negeri Paman Sam maupun global. Di mana saat ini ekspansi ekonomi AS terancam oleh perang dagang dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia," ujar Ibrahim.
Setelah The Fed memberikan sinyal positif dengan berencana menurunkan suku bunga acuan, menurut Ibrahim, sudah sepantasnya Bank Indonesia berani mengambil langkah menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin guna untuk mendongkrak pertumbuhan sektor riil.
"Karena tingkat suku bunga kita masih kompetitif dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti India yang sudah menurunkan suku bunga 75 bps," kata Ibrahim.
Rapat Dewan Gubernur BI dua periode berikutnya digelar pada 17-18 Juli 2019 dan 21-22 Agustus 2019, mendahului pertemuan The Federal pada 30-31 Juli 2019 dan 17-18 September 2019. Artinya, BI harus mengambil keputusan dengan keterbatasan informasi.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp14.105 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.060 per dolar AS hingga Rp14.108 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.189 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.152 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah menguat seiring sinyal pelonggaran moneter bank sentral AS
Baca juga: Rupiah Kamis pagi menguat 37 poin
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019